Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Cara agar Siswa Tidak Menyontek AI, Guru Bisa Terapkan

Kompas.com - 12/05/2023, 09:07 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Praktisi pendidikan Bukik Setiawan mengatakan, kehadiran artificial intelligence (AI) bisa menjadi momen refleksi bagi pendidik untuk menjadi penggerak perubahan.

Namun, dunia pendidikan masih menganggap AI atau kecerdasan buatan sebagai ancaman.

“Pendidikan selalu dikenal sebagai penggerak perubahan. Ironisnya, pendidikan malah seringkali terseok-seok oleh perubahan. Hingga sekarang, penggunaan HP saja masih dilarang di banyak sekolah,” tutur Bukik pada Rabu (10/05/2023) dalam keterangan resmi.

Baca juga: Syarat, Jadwal dan Cara Daftar PPDB Jakarta 2023 Jenjang SD

Apa yang mendorong siswa menyontek AI?

Saat ini, muncul kekhawatiran dari guru kalau murid-murid akan mengerjakan tugas hanya dengan menyalin jawaban AI.

Bukik yang juga merupakan Ketua Yayasan Guru Belajar menjelaskan, hal ini dikarenakan tugas sekolah kebanyakan bersifat objektif. Jawaban benar dari tugas yang bersifat objektif umumnya hanya ada satu. Bila murid menjawab berbeda, maka jawaban itu dianggap salah.

Tugas ini tidak memberikan ruang pada murid untuk menunjukkan potensi dan menyampaikan aspirasinya.

Meskipun murid memiliki latar belakang dan pemikiran yang beragam, tugas yang bersifat objektif tidak memberi kesempatan untuk mengeksplorasinya.

“Tugas ini mengabaikan subjektivitas murid sebagai manusia. Nggak ada ruang untuk emosi, aspirasi, selera, mimpi, dan hal lainnya,” kata Bukik.

Baca juga: Kemendikbud Buka Beasiswa BPI 2023 bagi Guru dan Tendik Kuliah S2-S3

Menurut Bukik, tindakan murid yang dianggap tidak bermoral seperti mencontek, melakukan plagiasi, hingga membayar orang untuk mengerjakan tugas merupakan perlawanan dari sistem pendidikan yang tidak menghargai subjektivitas.

“Kalau mau dicek, dari sekian banyak tindakan-tindakan itu, hanya sedikit yang kaitannya sama moral. Justru itu menunjukkan cacatnya sistem pendidikan kita yang tidak menghargai subjektivitas,” terangnya.

Lima tips agar murid tidak hanya mengandalkan AI

AI diciptakan untuk memudahkan hidup manusia. Menggunakan AI menjadi bagian yang tidak terelakkan, bahkan bagi dunia pendidikan.

Namun, kehadiran AI bisa mengancam saat siswa sepenuhnya mengandalkan AI karena tidak percaya diri dalam mengungkapkan pendapat dan aspirasinya saat mengerjakan tugas.

Bukik menegaskan, alih-alih melarang penggunaan AI, guru harus bisa mengubah tugas agar lebih esensial.

Bukik memberikan lima tips agar tugas yang diberikan bisa lebih bermakna. Dengan demikian, murid tidak hanya mengandalkan AI untuk mengerjakan tugasnya.

Baca juga: 6 Beasiswa S1, S2, S3 ke Luar Negeri Tanpa LoA Unconditional

1. Ubah penilaian dari standar menjadi otentik

Perbanyak tugas dengan jawaban yang memberikan ruang untuk murid berpikir sehingga muncul aspek otentiknya. Guru juga perlu memberikan umpan balik yang bermakna.

“Misalnya ada satu tugas yang sama, tapi tentu jawaban anak yang tinggal di dekat sawah dengan dekat perkebunan pasti berbeda. Cara berpikirnya kan berbeda. Asesmen nya nanti bisa lebih meaningful,” tutur Bukik.

2. Bergeser dari generalisasi ke personalisasi

Personalisasi berarti tugas yang diterima murid sesuai dengan profilnya. Strategi yang bisa diterapkan misalnya menggunakan project-based learning (PjBL).

Pada PjBL, murid didorong untuk peka terhadap permasalahan yang ada. Lalu, murid mendapat kesempatan untuk berpikir bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut. Tugas guru adalah memfasilitasi agar murid bisa belajar pada setiap proses PjBL.

Baca juga: Cara Kreatif Guru Ajari Murid Matematika hingga Wirausaha di Kebun Sekolah

3. Beri tugas yang mengajak murid berpikir kritis

Menurut Bukik, AI dapat menghasilkan output yang kompleks bahkan bisa mendekati kreativitas manusia dalam beberapa hal. Namun, kemampuan AI untuk kritis masih terbatas.

“Sekarang AI sudah bisa membuat gambar yang menakjubkan, menghasilkan cerita yang menarik. Sehingga sekarang challengenya sudah masuk ke kritis. Misal mesin AI mau bikin kreasi, murid bisa mengkritisi hasil-hasil tersebut,” terang Bukik.

4. Membuat tugas yang berkaitan dengan relasional

Bukik menjelaskan, hingga hari ini, tugas terkait relasional belum dapat digantikan oleh AI. Terkait ini, guru sudah harus bisa memberikan tugas yang tidak hanya mementingkan capaian individu.

“Kalau masih fokus ke capaian individu, prestasi-prestasi individu, kita akan tersalip oleh mesin AI,” tegas Bukik.

Baca juga: Kreativitas Guru Alpius, Buat Murid Cinta Lagu Daerah di Tengah Demam Kpop

5. Kaitkan tugas dengan area sosial-emosional

Keterampilan seperti empati, kecerdasan emosional, dan kemampuan untuk memahami serta mengekspresikan perasaan dan emosi adalah hal yang tidak dapat diwakilkan oleh teknologi AI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com