Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hardiknas, Disdik Banyumas dan GSM Dorong Munculnya Guru yang Dirindukan Siswa

Kompas.com - 12/05/2024, 17:14 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menggandeng Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) menggelar Seminar Nasional “Optimalisasi Potensi Murid melalui Pembelajaran Diferensiasi menuju Sekolah Menyenangkan” pada 11 Mei 2024.

Acara yang digelar memperingati Hari Pendidikan Nasional ini bertujuan mendorong transformasi pendidikan nasional yang memanusiakan melalui pendekatan berbasis komunitas.

Seminar nasional diikuti 1.200 guru jenjang PAUD, SD, hingga SMP.

Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kab. Banyumas, Joko Wiyono berharap kegiatan ini dapat memantik dampak positif, sejalan dengan harapan Gerakan Sekolah Menyenangkan, melahirkan guru yang dirindu siswa.

“Saya ingin guru-guru bisa menjadi sahabat, teman diskusi yang menyenangkan, menceriakan, dan dirindukan oleh anak-anak kita. Sebab, guru adalah garda terdepan bagi kemajuan sebuah bangsa,” jelas Joko (12/5/2024).

Sejalan hal itu, Founder GSM, Muhammad Nur Rizal, menjelaskan pembelajaran diferensiasi terhadap murid kerap dimaknai guru secara keliru. Pembelajaran difrensiasi masih sering dianggap sebagai metodologi belaka, bukan filosofi beresensi.

"Alhasil, rumusan yang semula merupakan solusi, malah menjadi beban pekerjaan baru," ungkap Rizal.

Lebih jauh Rizal menawarkan sebuah filosofi pendidikan, berupa pembelajaran diferensiasi.

Dia meyakini setiap anak memiliki potensi dan minat masing-masing diperlukan pendekatan berbeda bagi tiap anak agar bakatnya dapat dikembangkan secara sempurna.

Rizal menganalogikan hubungan guru dan murid layaknya koneksi orangtua terhadap anak.

“Kenapa orangtua bisa menangani anaknya yang berbeda-beda? Kenapa? Karena punya hati dan cinta kasih. Ketika anaknya nakalnya kayak apapun, diberi kesempatan untuk terus tumbuh dan berkembang karena cintanya kepada anak. Caranya, akhirnya, beda,” tegas Rizal.

Penekanan atas diferensiasi pendekatan untuk murid sebagai filosofi pendidikan yang dilakukan Rizal bukanlah tanpa alasan.

Baca juga: Hardiknas 2024, Nadiem Beberkan Capaian Program Merdeka Belajar

 

Dia menyayangkan konsep tersebut yang seringkali disalahartikan dan dianggap sebagai metodologi belaka yang kerap usang dimakan waktu akibat timbulnya kesan “memberatkan”.

"Menjadikan pembelajaran diferensiasi sebagai filosofi, alih-alih metodologi dapat membuatnya lebih mudah untuk diresapi oleh para guru dan tetap tinggal sebagai ruh pendidikan Indonesia, meski program dan sistem dalam bentuk kurikulum terus berganti," jelasnya.

Guru, "Rasul Peradaban"

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com