“Misalnya ada satu tugas yang sama, tapi tentu jawaban anak yang tinggal di dekat sawah dengan dekat perkebunan pasti berbeda. Cara berpikirnya kan berbeda. Asesmen nya nanti bisa lebih meaningful,” tutur Bukik.
Personalisasi berarti tugas yang diterima murid sesuai dengan profilnya. Strategi yang bisa diterapkan misalnya menggunakan project-based learning (PjBL).
Pada PjBL, murid didorong untuk peka terhadap permasalahan yang ada. Lalu, murid mendapat kesempatan untuk berpikir bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut. Tugas guru adalah memfasilitasi agar murid bisa belajar pada setiap proses PjBL.
Baca juga: Cara Kreatif Guru Ajari Murid Matematika hingga Wirausaha di Kebun Sekolah
Menurut Bukik, AI dapat menghasilkan output yang kompleks bahkan bisa mendekati kreativitas manusia dalam beberapa hal. Namun, kemampuan AI untuk kritis masih terbatas.
“Sekarang AI sudah bisa membuat gambar yang menakjubkan, menghasilkan cerita yang menarik. Sehingga sekarang challengenya sudah masuk ke kritis. Misal mesin AI mau bikin kreasi, murid bisa mengkritisi hasil-hasil tersebut,” terang Bukik.
Bukik menjelaskan, hingga hari ini, tugas terkait relasional belum dapat digantikan oleh AI. Terkait ini, guru sudah harus bisa memberikan tugas yang tidak hanya mementingkan capaian individu.
“Kalau masih fokus ke capaian individu, prestasi-prestasi individu, kita akan tersalip oleh mesin AI,” tegas Bukik.
Baca juga: Kreativitas Guru Alpius, Buat Murid Cinta Lagu Daerah di Tengah Demam Kpop
Keterampilan seperti empati, kecerdasan emosional, dan kemampuan untuk memahami serta mengekspresikan perasaan dan emosi adalah hal yang tidak dapat diwakilkan oleh teknologi AI.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.