Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Sering Bergadang, Ahli Unair: Bisa Diabetes hingga Kematian

Kompas.com - 26/06/2022, 17:07 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Belajar sistem kebut semalam (SKS) atau bekerja shift malam membuat sebagian orang memiliki kebiasaan bergadang.

Namun, kebiasaan tersebut sering menimbulkan dampak buruk pada tubuh. Salah satunya, stroke yang dialami gadis asal Pemalang yang viral beberapa waktu lalu.

Baca juga: Pengendara Motor Diimbau Tak Pakai Sandal Jepit, Ini Kata Pakar Unair

Ahli Sleep Disorders Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair), Wardah Rahmatul Islamiyah mengungkapkan, irama jam tidur terbentuk dari pola asuh sejak kecil.

Pola asuh tidur larut malam, kata dia, menjadi salah satu penyebab timbulnya bergadang.

"Irama tubuh orang yang bergadang berbeda dengan orang biasanya. Bergadang itu intinya melawan jam tubuhnya. Rata-rata orang mulai mengantuk dan tidur itu pukul 9," tutur dia melansir laman Unair, Minggu (26/6/2022).

Wardah menjelaskan, kantuk tersebut disebabkan oleh hormon melatonin. Hormon tersebut akan banyak terproduksi ketika cahaya gelap.

"Biasanya mulai muncul (hormon melatonin) dari Maghrib. Kemudian akan memuncak sekitar jam 9, 10-an. Lalu, pada pukul dua akan mulai menurun. Otomatis itu," tambah dia.

Dosen FK Unair itu juga menyebutkan, adanya cahaya membuat melatonin tidak terproduksi.

Hal itu meningkatkan risiko terjadinya insomnia kronik pada masa tua.

Dampak bergadang picu banyak penyakit

Saat bergadang, sebut dia, sering kali ditemani dengan cemilan maupun makanan berat. Hal itu membuat organ pencernaan yang seharusnya beristirahat tetap bekerja.

Dia menyebut, kebiasaan itu akan meningkatkan risiko terjadinya obesitas, diabetes, dan GERD.

Baca juga: UGM Terima 2.716 Mahasiswa Jalur SBMPTN 2022, Daftar Ulang di Sini

"Sekarang itu banyak anak muda yang terkena GERD (asam lambung meningkat). Salah satunya, disebabkan oleh begadang," ucap Dokter Saraf Rumah Sakit Unair itu.

Selain itu, bergadang akan membuat seseorang kehilangan kebutuhan tidurnya.

Jam tidur yang berkurang tersebut akhirnya menyebabkan kantuk, sehingga menurunkan kinerja seseorang saat pagi.

"Kalau kinerjanya menurun, akhirnya dia akan punya kebiasaan minum kopi. Kopi tentu saja dengan segala plus minus-nya, kalau dalam jumlah yang banyak akan berefek meningkatkan tensi dan penyakit jantung," jelas dia.

Bergadang bisa menyebabkan kematian mendadak

Bergadang otomatis membuat seseorang beraktivitas pada malam. Mulai belajar, bekerja, olahraga, bahkan sekadar menonton dan bermain.

Hal tersebut membuat hormon kortisol yang seharusnya rendah pada malam hari secara otomatis meningkat.

"Orang yang kortisolnya tinggi akan mudah stres dan depresi. Keesokan paginya dia (setelah bergadang) maka akan baper (bawa perasaan). Mudah marah, mood-nya ga stabil. Apalagi dia main game online ya, menang jadi lebih excited. Kalah pun dia marah," tutur dia.

Dia menambahkan, kortisol yang meningkat memicu denyut jantung meningkat.

Selain itu juga kortisol dapat menyebabkan hipertensi (tekanan darah tinggi).

Baca juga: Kisah Celline, Lulus Sarjana Kedokteran Unair pada Usia 19 Tahun

"Kortisol meningkat, ditambah dengan ngopi, ngemil, ngerokok. Nah, ini yang meningkatkan banyak kejadian serangan stroke dan jantung saat bangun tidur pagi, atau sudden death," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com