Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/06/2022, 15:59 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Save the Children Indonesia mengadakan kegiatan aksi bersih sungai dan pilah sampah di area Kali Code Yogyakarta, Minggu (26/6/2022).

Ada sebanyak 40 anak dan orang muda tergabung dalam Child Campaigner Yogyakarta Save the Children Indonesia yang ikut kegiatan tersebut.

Aktivitas ini merupakan bagian dari Aksi Generasi Iklim yang digagas oleh Save the Children Indonesia sejak April 2022.

Baca juga: Peringati Hari Bumi, Save The Children Luncurkan Aksi Generasi Iklim

Tentu tujuan dari kegiatan ini untuk menyoroti tingkat kesadaran masyarakat di wilayah perkotaan Yogyakarta terkait menjaga kebersihan dan memelihara sungai.

Selain itu, aksi ini juga bertujuan untuk meminimalisasi risiko dan dampak buruk yang pernah terjadi pada 2017 silam saat Siklon Tropis Cempaka melanda Yogyakarta terutama wilayah hilir kali Code yakni di Pleret-Imogiri, Kabuaten Bantul.

Menurut Kahfi (17), anggota Child Campaigner Yogyakarta – Save the Children Indonesia, penumpukan sampah limbah rumah tangga maupun limbah industri di sungai dapat memperburuk kondisi iklim yang akan berdampak langsung terhadap anak.

Beberapa dampak yang dirasakan oleh anak yaitu:

  • gatal-gatal akibat penurunan kualitas air
  • pencemaran udara
  • berkurangnya ruang bermain untuk anak
  • hingga ancaman banjir luapan sungai

"Harapannya, setelah diadakan kegiatan ini, anak-anak dapat lebih memahami tentang krisis iklim terutama tindakan preventif yang dapat dilakukan sesuai dengan kapasitas anak," ujarnya dalam keterangan tertulisnya.

Baca juga: Hari Gizi Nasional 2022, Save The Children Gagas Telekonseling Gizi bagi Para Ibu

Dijelaskan, krisis iklim yang utamanya berkontribusi pada memanasnya suhu permukaan laut merupakan sumber dari tumbuhnya siklon tropis.

Di Indonesia siklon tropis meningkat dari tahun ke tahun, mulai dari siklon tropis cempaka pada 2017 sampai dengan siklon tropis seroja 2021.

Data terkini Save the Children melalui hasil studi secara global berjudul “Born into the Climate Crisis” menunjukan bahwa di dunia, anak-anak yang lahir pada tahun 2020 akan menghadapi 30 persen lebih banyak banjir sungai.

Di Indonesia, anak-anak akan menghadapi 3,3 kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai, serta merasakan gelombang panas 7,7 kali lebih sering dibanding yang dialami oleh kakek nenek mereka.

Sedangkan Troy Pantouw selaku Chief of Advocacy, Campaign, Communication & Media / Save the Children Indonesia mengatakan, ada hasil studinya dan juga sejarah dampak dari siklon tropis di Indonesia jelas menjabarkan bahwa anak-anak menanggung beban yang tidak proporsional.

Baca juga: Ini Capaian Save The Children di 2021 demi Pemenuhan Hak Anak Bidang Pendidikan

"Karena mereka tumbuh dalam situasi yang mengancam, penting untuk segera melakukan aksi adaptasi dan pengurangan risiko bersama dengan anak-anak untuk meningkatkan kemampuan anak dan keluarga dalam beradaptasi," paparnya.

Sementara kata Mustamid selaku Dukuh Jejeran 1, Pleret Kabupaten Bantul yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Komunitas Sungai Bantul menyatakan, selama 2017-2022 ini kejadian bencana terparah di wilayahnya ialah bencana banjir karena badai cempaka itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com