Oleh: Aviana Handoko*
KOMPAS.com - Saat ini, kita hidup dalam lingkungan di mana ide dan inovasi baru sangat diperlukan untuk memungkinkan organisasi memiliki daya saing dengan kompetitornya.
Dalam hal ini, pengetahuan dan kreativitas yang dibawa oleh setiap individu ke dalam organisasi memiliki peran penting dalam menambah nilai-nilai organisasi, sehingga organisasi dapat menjadi lebih kompetitif dalam dunia perekonomian.
Nilai tambah ini dapat bermanfaat terhadap organisasi di mana tenaga kerja merupakan sumber inovasi terbesar yang berkontribusi dalam pembentukan strategi bisnis baru, memikirkan cara untuk meningkatkan dan membuat operasi sehari-hari menjadi lebih efisien, atau bahkan berpartisipasi dalam pemecahan masalah yang sedang dialami oleh organisasi.
Selain itu, tenaga kerja yang aktif terlibat dalam organisasi juga merupakan garis pertahanan terbaik yang dimiliki oleh sebuah organisasi.
Individu-individu seperti ini dapat memberikan peringatan dini terhadap adanya kemungkinan ancaman di pasar dan bertindak sebagai penjaga di lapangan yang dapat menyoroti masalah yang mungkin tidak terlihat atau tidak disadari oleh manajemen.
Namun pada kenyataannya, saat ini banyak organisasi bertindak sebagai wadah yang tidak mengizinkan tenaga kerjanya untuk berbagi dan menuangkan ide-ide atau masukan baru dengan leluasa.
Hal ini terlihat dari adanya kritikan yang dilayangkan dalam organisasi saat tenaga kerja menawarkan ide yang buruk, adanya bentakan jika tenaga kerja tidak menyetujui keputusan atasan, adanya rasa direndahkan atau dipermalukan jika tenaga kerja meminta bantuan atau mengakui kesalahan, dan masih banyak lainnya.
Semua itu menyebabkan adanya rasa ketakutan dalam diri tenaga kerja yang mengarah pada terhambatnya komunikasi antar anggota tim dan kebiasaan untuk bekerja secara pasif.
Keadaan organisasi yang seperti ini pastinya berbahaya jika dibiarkan begitu saja dan akan mengarah kepada penurunan produktivitas kerja.
Baca juga: Rendah Hati, Kunci Sukses Menghadapi Perubahan
Lalu, bagaimana cara bagi sebuah organisasi agar dapat menjadi wadah yang memberikan kesempatan kepada tenaga kerja untuk dapat terus berinovasi?
Di sinilah konsep keamanan psikologis atau psychological safety perlu untuk diterapkan.
Menurut Dr. Amy Edmonson dalam bukunya yang berjudul The Fearless Organizations: Creating Psychological Safety in the Workplace for Learning, Innovation, and Growth, keamanan psikologis merupakan keadaan di mana seseorang merasa aman untuk menyuarakan opini, memperlihatkan perasaan, dan mengakui kesalahan tanpa rasa takut akan dipermalukan atau dilukai.
Secara singkat, keamanan psikologis adalah situasi ketika individu tidak takut dalam hal mengambil risiko interpersonal.
Keamanan psikologis dapat diterapkan jika organisasi selalu mendorong dan menghargai ide-ide atau debat konstruktif yang dilakukan oleh tenaga kerjanya.