Oleh Arki Sudito*
EFEK pandemi Covid-19 menyentuh kehidupan penduduk dunia. Tak banyak yang menyangka pandemi global yang berlangsung sejak tahun lalu akan membawa perubahan besar di hampir semua sektor kehidupan, termasuk pekerjaan.
Tentu, bagaimana menyikapi perubahan tersebut bisa berbeda di setiap orang. Apakah kita cenderung melihat perubahan sebagai sesuatu yang sebaiknya dihindari? Atau sesuatu yang harus “dirangkul” agar kita bisa belajar, tumbuh, dan berkembang?
Dengan segala perubahan yang kita alami selama pandemi Covid-19, tentu bukan hal mudah untuk selalu bersikap positif. Jika sebelumnya kita harus datang ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan, saat ini kita dapat (atau bahkan harus) bekerja dari rumah.
Baca juga: Pandemi Corona, Perayaan Imlek di Kelenteng Kim Hin Kiong Gunakan Penjadwalan
Bayangkan, sulitnya membagi waktu bagi orang tua yang anak-anaknya juga harus didampingi saat sekolah dari rumah. Selain itu, pertemuan atau rapat harus dilakukan secara online menggunakan aplikasi-aplikasi yang mungkin tidak pernah kita gunakan sebelumnya.
Namun, Jeff Schwartz dan Suzanne Riss dalam bukunya Work Disrupted: Opportunity, Resilience, And Growth In The Accelerated Future of Work menjelaskan dampak dari perubahan besar ini justru munculnya kesempatan baru yang akan menguji ketangguhan kita sebagai manusia.
Ketangguhan yang akan mendorong manusia untuk selalu tumbuh dan berkembang di tengah tantangan, tak terkecuali tantangan pandemi saat ini.
Contoh kesempatan yang mereka maksud, adalah:
Pertama, potensi kolaborasi manusia dan mesin. Tantangan terbesar untuk mewujudkan hal ini adalah bagaimana perusahaan secara proaktif mendesain agar kapabilitas manusia dilengkapi dengan kecanggihan mesin, bukan digantikan oleh adanya mesin tersebut.
Perusahaan atau organisasi harus mempersiapkan, mengembangkan, dan menghargai kapabilitas manusia, agar tidak muncul ketakutan-ketakutan bahwa mereka akan digantikan seutuhnya oleh kerja mesin.
Kedua, terciptanya model perikatan baru dalam bekerja. Pekerjaan paruh waktu (part-time), kontrak, lepas (freelance), atau independen, akan menjadi lebih umum digunakan. Posisi tawar mereka pun bisa lebih tinggi nantinya dibanding saat ini.
Ketiga, dengan kemajuan teknologi kolaborasi, bagaimana kita bekerja akan menjadi jauh lebih penting daripada dimana kita bekerja.
Ketika kita dihadapkan pada kesempatan-kesempatan tersebut, kita bisa saja menghindarinya, atau justru mengambil kesempatan tersebut agar dapat terus tumbuh dan berkembang. Potensi kolaborasi manusia dan mesin, misalnya.
Untuk bisa mengelolanya, kita harus mengikuti perkembangan teknologi saat ini yang melibatkan banyak istilah-istilah baru seperti big data, cloud computing, artificial intelligence, Internet of Things.
Baca juga: Bertahan Selama Pandemi, UMKM Dinilai Harus Bertransformasi ke Bisnis Online
Pemahaman tersebut akan menuntut kita untuk meningkatkan kapabilitas-kapabilitas yang mungkin kita kurang kuasai sebelumnya, seperti kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, empati, komunikasi dan kepemimpinan. Dengan kata lain, potensi ini bisa mendorong kita untuk tumbuh dan berkembang.