Sebab dalam prosesnya, dia dibimbing oleh oleh dua dosen di perguruan tinggi yang berbeda, yakni di ITS dan Universitas Brawijaya (UB).
Lokasi yang saling berjauhan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Wahju.
Bagaimana tidak, untuk melakukan bimbingan, jarak dan waktu menjadi rintangan yang harus dilkalahkannya.
"Menemukan waktu yang tepat untuk melakukan bimbingan adalah kesulitan tersendiri bagi saya," ungkap dia.
Meski beban yang dipikulnya tidak ringan, tapi dia memperoleh dukungan dari orang-orang terkasih. Mulai dari istri, anak, hingga cucu menjadi alasan dirinya tidak pantang menyerah.
"Selain itu, rekan-rekan juga selalu memberi semangat agar saya segera menyelesaikan pendidikan ini," ujarnya.
Baca juga: Usia 15 Tahun, Zahra Jadi Mahasiswa Termuda di Untirta
Sukses menuntaskan kewajibannya, dia berpesan kepada para mahasiswa seusianya maupun yang lebih muda untuk tetap semangat, tidak mudah putus asa, dan tidak mengulur pekerjaan.
Hal ini bertujuan agar para mahasiswa tersebut dapat lulus tepat waktu dan memperoleh gelar cumlaude.
"Dengan lulus tepat waktu, wisudawan dapat segera berkarir," tuturnya.
Dia menambahkan, selain kewajiban akademik, kesehatan menjadi faktor yang jauh lebih penting.
Apabila keduanya tidak dapat berjalan beriringan, kesehatanlah yang harus diutamakan.
Hal ini seperti pengalaman yang dikisahkan Wahju yang harus terlambat lulus program sarjana (S1) dikarenakan sakit dan harus mengambil cuti.
Baca juga: IPK Nyaris 4,00, Ini Motivasi Belajar Wisudawan Terbaik di ITS
"Sibuk boleh, tapi jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan," harapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.