Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Usia Hampir 60 Tahun, Pria Ini Lulus S3 di ITS

KOMPAS.com - Usia tidak menjadi penghalang bagi seseorang dalam menuntut ilmu. Petuah inilah yang cocok untuk menggambarkan semangat salah satu wisudawan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), yakni Wahju Herijanto.

Wahju yang menginjak usianya ke-58 tahun 7 bulan, dia menjadi wisudawan tertua di wisuda ITS ke-123.

Sekaligus, dia meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna dengan menuntaskan program studi doktor atau S3 di Departemen Teknik Sipil ITS.

Motivasi untuk melanjutkan studi S3-nya bermuara dari profesinya sebagai seorang dosen.

Tepat pada 2013, ketika usianya telah mencapai 50 tahun, Wahju merasa, pendidikan yang lebih tinggi akan sangat berguna untuk meningkatkan kemampuan akademiknya.

Meski berat di awal, lambat laun Wahju mulai merasa bahwa menuntut ilmu bukan hanya sekadar tuntutan. Dia yakin bahwa di setiap ilmu, selalu terdapat manfaat.

"Tidak ada ilmu yang tidak bermanfaat, dan saya mulai menikmati prosesnya," ujarnya melansir laman ITS, Senin (19/4/2021).

Dia mengaku, lulus dari gelar doktor, dia memperoleh IPK 4,00. Tak mudah dia memperoleh pencapaian itu, karena dibutuhkan usaha yang besar.

Setiap ada tugas dan ujian yang ditanggungnya, Wahju selalu menyelesaikannya dengan sungguh-sungguh.

Selain itu, publikasi jurnal terindeks scopus Q2 yang berhasil ditelurkannya juga menjadi salah satu faktor pendukung sempurnanya IPK yang diraihnya.

Perjuangan yang tidak mudah

Meski penuh optimisme, ayah dua orang anak ini mengakui bahwa menempuh pendidikan di usia senja bukanlah perjuangan yang mudah.

Hal ini dikarenakan, diirnya harus pintar-pintar membagi waktu antara kewajibannya sebagai mahasiswa dengan tugasnya dalam pekerjaan.

Tidak jarang dia merasa kewalahan dan lelah dalam mengerjakan keduanya.

"Saat merasa lelah, saya biasanya tidur untuk istirahat sejenak," ucap dia dengan penuh semangat.

Hal serupa juga dirasakannya dalam pengerjaan disertasi yang diangkatnya.

Sebab dalam prosesnya, dia dibimbing oleh oleh dua dosen di perguruan tinggi yang berbeda, yakni di ITS dan Universitas Brawijaya (UB).

Lokasi yang saling berjauhan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Wahju.

Bagaimana tidak, untuk melakukan bimbingan, jarak dan waktu menjadi rintangan yang harus dilkalahkannya.

"Menemukan waktu yang tepat untuk melakukan bimbingan adalah kesulitan tersendiri bagi saya," ungkap dia.

Dukungan dari keluarga

Meski beban yang dipikulnya tidak ringan, tapi dia memperoleh dukungan dari orang-orang terkasih. Mulai dari istri, anak, hingga cucu menjadi alasan dirinya tidak pantang menyerah.

"Selain itu, rekan-rekan juga selalu memberi semangat agar saya segera menyelesaikan pendidikan ini," ujarnya.

Sukses menuntaskan kewajibannya, dia berpesan kepada para mahasiswa seusianya maupun yang lebih muda untuk tetap semangat, tidak mudah putus asa, dan tidak mengulur pekerjaan.

Hal ini bertujuan agar para mahasiswa tersebut dapat lulus tepat waktu dan memperoleh gelar cumlaude.

"Dengan lulus tepat waktu, wisudawan dapat segera berkarir," tuturnya.

Kesehatan jauh lebih penting

Dia menambahkan, selain kewajiban akademik, kesehatan menjadi faktor yang jauh lebih penting.

Apabila keduanya tidak dapat berjalan beriringan, kesehatanlah yang harus diutamakan.

Hal ini seperti pengalaman yang dikisahkan Wahju yang harus terlambat lulus program sarjana (S1) dikarenakan sakit dan harus mengambil cuti.

"Sibuk boleh, tapi jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan," harapnya.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/04/19/151629771/usia-hampir-60-tahun-pria-ini-lulus-s3-di-its

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke