Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tantan Hermansah
Dosen

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Rindu Mudik dan Transformasi Identitas Sosial Budaya

Kompas.com - 11/04/2024, 11:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

RITUAL mudik, fenomena yang tahun ini diperkirakan melibatkan lebih dari 190-an juta warga Indonesia, sebagaimana dicatat Kementerian Perhubungan, merupakan manifestasi dari dinamika sosial kompleks, merentang dari kebutuhan primordial hingga adaptasi budaya dalam konteks modernitas.

Mudik, di satu sisi, mewakili hasrat mendalam akan keterikatan primordial—rindu untuk kembali ke 'rumah', yang tidak selalu berarti tempat fisik, tapi sering kali keadaan batin yang diidamkan.

Di sisi lain, fenomena ini juga mengindikasikan pergeseran dalam konstruksi identitas dan kebutuhan sosial dalam masyarakat yang semakin global.

Pemudik yang melakukan perjalanan ke kampung halaman atau ke rumah keluarga pasangan mungkin mudah dipahami dalam kerangka tradisional rindu mudik.

Ini adalah wujud nyata dari upaya menjaga dan merawat ikatan keluarga serta budaya, yang semangatnya kemudian diwariskan melalui berbagai narasi, agar ikatan-ikatan yang hadir di dalamnya tetap menggema dan berkelanjutan.

Perspektif sosiologi mudik

Karena melibatkan entitas yang kompleks dan besar, maka peristiwa mudik memiliki kelayaan akademik untuk dikaji. Secara sosiologis, terdapat beberapa model kelompok pemudik di Indonesia.

Pertama, pemudik tradisional. Kelompok ini adalah mereka yang melalukan perjalanan mudik ke kampung halaman tempat ia lahir, tumbuh dan berkembang, sampai akhirnya membuat keputusan sosial budaya untuk keluar dari tempat tersebut. Entah untuk kebutuhan pendidikan, pekerjaan, atau keputusan kultural lainnya.

Di tempat tujuan, mereka telah membentuk kedirian baru yang jauh lebih kompleks dan multiwajah.

Sehingga hasil dari pencarian dan sublimasi budaya selama di perantauan, dirasa perlu untuk ditunjukkan kepada tempat asal, bahwa keputusannya untuk keluar dari kampung halaman berbasis pada bacaan yang tepat kepada masa depannya.

Pentahbisan di depan sodara dan handai tolan inilah penting untuk diekspresikan, entah agar bisa belajar maupun sekadar menunjukkan kuasa atas suatu keputusan.

Kelompok pertama ini bisa jadi secara kuantitas paling besar. Hal ini dikarenakan perjalanan mereka diinisiasi oleh suatu semangat yang melampaui kebutuhan pragmatis, namun juga spiritual.

Mereka ini, tentu sebagiannya, memiliki semangat membara untuk menembus berbagai rintangan mudik, seperti: macet, jarak yang jauh, biaya mahal, dan sebagainya.

Sebab dalam rasa dan imajinasinya, hal-hal seperti itu merupakan bagian dari bumbu perjalanan yang sudah harus dilewati.

Kedua, pemudik yang melakukan perjalanan karena “berenang” dalam arus sejarah dan budaya. Mereka hadir dalam fenomena mudik ini dan menunjukkan lapisan yang lebih kompleks dari motivasi dan identitas sebelum dan selama perjalannya.

Mereka biasanya merupakan kelas menengah yang secara ekonomi mapan. Kehadiran mereka mengisi ruang budaya mudik menunjukkan transisi dari konsep mudik tradisional ke pengalaman yang lebih berorientasi pada eksplorasi diri dan pencarian makna baru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICC Ajukan Surat Penangkapan Pimpinan Israel dan Hamas, Peluang Netanyahu Ditahan?

ICC Ajukan Surat Penangkapan Pimpinan Israel dan Hamas, Peluang Netanyahu Ditahan?

Tren
Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Tren
Cerita di Balik Jasa 'Santo Suruh' yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Cerita di Balik Jasa "Santo Suruh" yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Tren
Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Tren
Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada 'Bumi Manusia'

Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada "Bumi Manusia"

Tren
Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Tren
UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

Tren
Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Tren
Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Tren
Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Tren
Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com