Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rindu Mudik dan Transformasi Identitas Sosial Budaya

Mudik, di satu sisi, mewakili hasrat mendalam akan keterikatan primordial—rindu untuk kembali ke 'rumah', yang tidak selalu berarti tempat fisik, tapi sering kali keadaan batin yang diidamkan.

Di sisi lain, fenomena ini juga mengindikasikan pergeseran dalam konstruksi identitas dan kebutuhan sosial dalam masyarakat yang semakin global.

Pemudik yang melakukan perjalanan ke kampung halaman atau ke rumah keluarga pasangan mungkin mudah dipahami dalam kerangka tradisional rindu mudik.

Ini adalah wujud nyata dari upaya menjaga dan merawat ikatan keluarga serta budaya, yang semangatnya kemudian diwariskan melalui berbagai narasi, agar ikatan-ikatan yang hadir di dalamnya tetap menggema dan berkelanjutan.

Perspektif sosiologi mudik

Karena melibatkan entitas yang kompleks dan besar, maka peristiwa mudik memiliki kelayaan akademik untuk dikaji. Secara sosiologis, terdapat beberapa model kelompok pemudik di Indonesia.

Pertama, pemudik tradisional. Kelompok ini adalah mereka yang melalukan perjalanan mudik ke kampung halaman tempat ia lahir, tumbuh dan berkembang, sampai akhirnya membuat keputusan sosial budaya untuk keluar dari tempat tersebut. Entah untuk kebutuhan pendidikan, pekerjaan, atau keputusan kultural lainnya.

Di tempat tujuan, mereka telah membentuk kedirian baru yang jauh lebih kompleks dan multiwajah.

Sehingga hasil dari pencarian dan sublimasi budaya selama di perantauan, dirasa perlu untuk ditunjukkan kepada tempat asal, bahwa keputusannya untuk keluar dari kampung halaman berbasis pada bacaan yang tepat kepada masa depannya.

Pentahbisan di depan sodara dan handai tolan inilah penting untuk diekspresikan, entah agar bisa belajar maupun sekadar menunjukkan kuasa atas suatu keputusan.

Kelompok pertama ini bisa jadi secara kuantitas paling besar. Hal ini dikarenakan perjalanan mereka diinisiasi oleh suatu semangat yang melampaui kebutuhan pragmatis, namun juga spiritual.

Mereka ini, tentu sebagiannya, memiliki semangat membara untuk menembus berbagai rintangan mudik, seperti: macet, jarak yang jauh, biaya mahal, dan sebagainya.

Sebab dalam rasa dan imajinasinya, hal-hal seperti itu merupakan bagian dari bumbu perjalanan yang sudah harus dilewati.

Kedua, pemudik yang melakukan perjalanan karena “berenang” dalam arus sejarah dan budaya. Mereka hadir dalam fenomena mudik ini dan menunjukkan lapisan yang lebih kompleks dari motivasi dan identitas sebelum dan selama perjalannya.

Mereka biasanya merupakan kelas menengah yang secara ekonomi mapan. Kehadiran mereka mengisi ruang budaya mudik menunjukkan transisi dari konsep mudik tradisional ke pengalaman yang lebih berorientasi pada eksplorasi diri dan pencarian makna baru.

Bagi mereka, mudik tidak lagi terikat pada destinasi primordial karena konsep 'rumah' telah berubah menjadi lebih inklusif dan tidak terikat geografis.

Perjalanan mereka mencerminkan pencarian identitas dalam kerangka global, di mana pengalaman-pengalaman baru menjadi tambang pembentukan diri yang terus menerus.

Ini adalah fenomena yang menandai pergeseran dari ikatan-ikatan primordial menuju pembentukan identitas yang fluid dan terbuka terhadap pengaruh global.

Mereka ini merupakan entitas “perindu mudik”, namun memiliki keterbatasan budaya dan primordial.

Maka alih-alih melakukan “pelarian” dari kekurangan tersebut, yang mereka lakukan justru mengarunginya dengan cerdas. Sehingga kelompok ini bisa sama-sama mendapatkan “vibes” mudik, namun dengan destinasi yang berbeda dengan kelompok pertama.

Seorang mudikers kelompok kedua ini menuturkan bahwa mereka yang menempuh perjalanan dan memanfaatkan destinasinya seperti hotel atau kawasan wisata lainnya, sesungguhnya cukup banyak. Hal ini dibuktikan dengan tingkat hunian hotel yang rata-rata penuh atau hampir penuh.

Namun tentu saja, hal ini perlu ditelisik lebih jauh, sebab terdapat kelompok pemudik ketiga seperti yang akan dijelaskan berikut.

Ketiga, kelompok pemudik singkat. Mereka yang mudik karena alasan praktis seperti ketiadaan asisten rumah tangga—karena pada mudik—sehingga daripada harus ribet mengurus rumah tangga lebih baik melakukan “eksodus” ke hotel-hotel tertentu.

Kepraktisan tinggal di hotel karena mudiknya para asisten rumah tangga ini, telah menawarkan perspektif lain dari pergeseran makna mudik.

Mereka, meskipun mungkin tidak mencari identitas atau pengalaman baru, tetap mengikuti ritus mudik sebagai respons terhadap dinamika kehidupan sosial modern yang menuntut keluwesan dan adaptasi.

Ini mencerminkan bagaimana tradisi dapat bertransformasi dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan sosial yang berubah.

Mudik sebagai ruang sosial

Dalam memahami fenomena mudik dari perspektif sosiologis, kita dihadapkan pada realitas bahwa motivasi mudik telah berevolusi melewati batas-batas kerinduan primordial.

Sekarang, mudik juga menjadi medium bagi individu untuk mengeksplorasi dan menegosiasikan identitas dalam konteks yang lebih luas.

Fenomena pemudik telah mencerminkan perubahan dalam struktur sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Indonesia.

Perubahan ini tidak hanya menunjukkan bagaimana individu beradaptasi dengan kondisi global, tetapi juga bagaimana tradisi lokal seperti mudik terus relevan dan bertransformasi dalam masyarakat yang terus bergerak dan berubah.

Maka sudah sewajarnya jika pemerintah mengandilkan diri dalam peristiwa ini seperti melakukan perbaikan dan peningkatan sarana pemudik seperti jalan, rest area, maupun destinasi-destinasi para pemudik.

Sebab mudik bukan lagi peristiwa sekelompok orang, namun telah menjadi peristiwa tahunan Bangsa Indonesia.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/04/11/111455165/rindu-mudik-dan-transformasi-identitas-sosial-budaya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

[POPULER TREN] Warga Israel Rusak Bantuan Indomie untuk Gaza, Gletser Terakhir di Papua Segera Menghilang

Tren
Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke