Oleh: Rangga Septio Wardana dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Meski kerap membuat banyak orang bergidik ketakutan, cerita hantu selalu menarik untuk diperbincangkan. Tak heran, film-film horor dengan beragam karakter hantu masih menjadi daya tarik.
Hantu sangat lekat dengan budaya lokal Nusantara. Hal ini dapat dilihat dari beberapa daerah yang memiliki kesamaan cerita sosok hantu tertentu meskipun wilayahnya berjauhan.
Kisah tentang sosok hantu masih menjadi perbincangan di masyarakat. Meskipun nama, cerita, dan penampakannya beragam, biasanya hantu digambarkan sebagai sosok yang mengerikan.
Dalam audio drama siniar Tinggal Nama bertajuk “Kadaver Mati dalam Abadi”, dengan tautan akses dik.si/TNKadaver5, sosok hantu berwujud perempuan digambarkan sebagai hantu mengerikan yang siap membalaskan dendam.
Cerita hantu terus berkembang berkaitan dengan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Hal ini karena penggambaran sosok hantu merefleksikan kecemasan, kengerian, dan ketakutan dalam kehidupan manusia.
Baca juga: 4 Kasus Perselingkuhan yang Berujung Pembunuhan
Salah satunya adalah sosok tuyul, sosok ini diidentikkan sebagai hantu berwujud bocah dengan kepala botak. Konon, tuyul memiliki kemampuan untuk mencuri uang untuk memperkaya tuannya.
Menurut Ong Hok Nam, tuyul dalam tradisi masyarakat agraris di Jawa mengilustrasikan dampak kesenjangan sosial-ekonomi akibat akumulasi modal dan kekayaan yang dilakukan golongan pedagang.
Mitos tuyul lahir dari rasa kecemburuan sosial dari masyarakat kelas bawah terhadap orang kaya.
Dalam buku Dari Soal Priayi sampai Nyi Blorong (2002), Ong Hok Nam menjelaskan bahwa dari sudut pandang masyarakat agraris, orang yang kemampuan ekonomi tinggi cenderung tidak dianggap sebagai orang Jawa.
Hal ini berkaitan dengan sentimen rasial terhadap orang Tionghoa dan ras minoritas lain yang diidentikkan memiliki kekayaan.
Peter Carey dalam Orang Jawa & Masyarakat Cina (1986) mencatat ada semacam ketidakadilan dalam urusan praktik pemungutan pajak antara petani Jawa dengan pedagang Tionghoa.
Sebelum perang Jawa terjadi, orang-orang Tionghoa yang bertugas menjaga gerbang cukai terkadang menyita hasil bumi milik petani karena dianggap tak mampu bayar pajak.
Petani-petani itu dibiarkan terlantar di sekitar gerbang cukai. Selama menunggu barangnya dikembalikan, mereka harus bertahan dari godaan untuk memakai candu yang dijual pedagang Tionghoa.
Kondisi keuangan mereka semakin sulit ketika harus berhadapan dengan rumah pelacuran dan perjudian.
Baca juga: Kisah Seputar Kuntilanak
Kegelisahan tersebut berubah menjadi kemarahan terhadap orang-orang kaya lainnya. Mereka sulit diterima dalam tatanan masyarakat Jawa tradisional karena tak bisa meyakinkan masyarakat yang masih percaya takhayul tentang asal muasal kekayaan.
Sentimen negatif kemudian muncul dan melahirkan tuduhan bahwa orang kaya memiliki tuyul dan bersekutu dengan iblis.
Lantas, bagaimana dengan latar belakang sosok hantu dalam audio drama ‘Kadaver’? Temukan jawabannya dengan mendengarkan audio drama siniar Tinggal Nama bertajuk “Kadaver - Mati dalam Abadi” dengan tautan akses dik.si/Kadaver5 di Noice.
Dengarkan juga kisah-kisah seru dan mencekam lainnya melalui playlist YouTube Medio by KG Media.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.