Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Pilpres AS, Apa yang Harus Dilakukan untuk Cegah Lonjakan Kasus Covid-19 Saat Pilkada?

Kompas.com - 18/11/2020, 15:29 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Perhelatan pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2020 di masa pandemi virus corona tidak hanya sekadar dilihat dari hasilnya.

Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan adanya lonjakan kasus Covid-19 di AS perlu menjadi perhatian tersendiri. Apalagi, Indonesia pada 9 Desember 2020 akan menggelar pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak.

Melalui akun Twitter @drdickybudiman, Dicky menyinggung soal kasus Covid-19 yang terjadi di AS.

"Sy tdk tahu siapa yg memberi masukan pd Bpk Presiden ttg "tdk ada potensi kluster pilkada" merujuk pengalaman USA. Adanya disaster post election AS sangat jelas. Dgn lonjakan kasus >100K dlm 11 hari terakhir & kematian >1000 org/hari sebagian evidence nyata. Ancaman tsunami kasus jls," tulisnya.

Kompas.com sebelumnya memberitakan, kasus kematian di AS akibat Covid-19 meningkat. Rata-rata kematian harian di AS lebih dari 1.100 orang selama beberapa hari terakhir.

Baca juga: Angka Kematian Covid-19 di AS Rata-rata 1.100 Kasus Per Hari

Berdasarkan data Worldometer, Rabu (18/11/2020), saat ini jumlah kasus infeksi yang ditemukan di AS sudah sebanyak 11.695.711 kasus.

Dari data tersebut, jumlah kematian sebanyak 254.255 kasus, dan 7.087.796 kasus lain berhasil sembuh.

Apa yang perlu dipersiapkan?

Dicky mengingatkan pemerintah bersiap menghadapi risiko lonjakan seperti di AS apabila tetap melaksanakan Pilkada.

"Kalau mau adakan pemilu seperti AS di tengah pandemi, ya berarti harus siap juga dengan akibatnya. Seperti yang dialami AS saat ini, angka kasus meningkat tajam, kematian juga dan kesakitan di RS," sebut Dicky saat dihubungi Kompas.com, Rabu (18/11/2020).

Ia menilai aturan pemerintah dalam Pilkada serentak mendatang belum cukup menekan potensi terjadinya penularan dan peningkatan kasus Covid-19 pascaPilkada serentak.

Baca juga: Satgas: 17 Daerah Pilkada Berisiko Tinggi Penularan Covid-19, 215 Risiko Sedang

Diketahui, pemerintah menetapkan aturan dalam pelaksanaan pesta demokrasi nanti. Di antaranya, pada Pilkada 2020 masyarakat akan diatur kedatangannya berdasarkan jadwal yang diperoleh masing-masing untuk mencegah kerumunan.

Masyarakat juga akan diberikan sarung tangan plastik untuk menghindari terjadinya kontak langsung dengan benda-benda yang digunakan secara bersama-sama di lokasi pemilihan.

Aturan lain, pemilih juga dilarang membawa anak kecil ke tempat pemungutan. Masyarakat juga diimbau menerapkan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.

Dicky menilai semua itu belum efektif. Apalagi, ia mengatakan, ada anggapan di masyarakat jika sudah menerapkan 3M maka sudah aman dari virus corona.

"Protokol kesehatan (3M) itu akan efektif dan sangat efektif ketika dilaksanakan di atas fondasi intervensi 3T (testing, tracingdan treatment) yang optimal, atau minimal memadai," kata Dicky.

Baca juga: Mendagri: Jumlah Daerah yang Selenggarakan Pilkada Berstatus Zona Merah Turun

Dicky berharap akan ada perbaikan kualitas dan kuantitas 3T di seluruh wilayah agar agenda Pilkada serentak tidak menghasilkan kasus-kasus infeksi baru.

"Ketika strategi 3T-nya di wilayah tersebut tidak memadai, ya jangan berharap protokol Covid-nya (3M) akan evektif, karena itu akan dipengaruhi oleh laju penyebaran atau transmisi di wilayah atau negara itu," jelas dia.

Sementara, ketika ditanya apa yang bisa masyarakat lakukan selain menerapkan 3M untuk menekan potensi penularan ketika Pilkada, Dicky tidak banyak memberikan jawaban.

"Ikhtiar dengan 3M dan membatasi keluar rumah juga interaksi dengan orang lain. Selanjutnya berdoa supaya dampak pilkada tidak terlalu buruk," kata dia.

Baca juga: Bawaslu Catat Kegiatan Kampanye Secara Daring di Pilkada Menurun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com