Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap Dampak Puasa Intermiten bagi Otak

Kompas.com - 16/03/2024, 20:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Puasa intermiten dilakukan dengan pembatasan asupan kalori (energi) dalam jangka waktu singkat, biasanya selama 12 hingga 16 jam per hari, yang kemudian diikuti dengan periode asupan makanan normal.

Puasa intermiten menwarkan banyak manfaat bagi kesehatan. Di samping itu, para ilmuwan pun telah meneliti dampak puasa intermiten terhadap tubuh, termasuk otak.

Dampak puasa intermiten bagi otak

Berikut adalah beberapa dampak puasa intermiten pada tubuh yang dapat membantu menjelaskan potensi dampaknya bagi otak.

1. Ketosis

Tujuan dari puasa intermiten adalah untuk mengubah "saklar metabolisme" dari pembakaran yang didominasi karbohidrat menjadi pembakaran lemak. Proses ini disebut ketosis, yang biasanya terjadi setelah 12-16 jam puasa, ketika simpanan hati dan glikogen habis.

Keton, bahan kimia yang dihasilkan oleh proses metabolisme ini, menjadi sumber energi yang dipilih otak. Karena proses metabolisme yang lebih lambat untuk menghasilkan energi dan berpotensi menurunkan kadar gula darah, ketosis dapat menyebabkan lapar, lelah, mual, mood buruk, mudah tersinggung, sembelit, sakit kepala, dan "kabut" otak.

Baca juga: 5 Tips Puasa Sehat bagi Penderita Gangguan Makan

Pada saat yang sama, seiring dengan menurunnya metabolisme glukosa di otak, penelitian menunjukkan bahwa keton dapat menjadi sumber energi alternatif untuk menjaga fungsi otak dan mencegah gangguan neurodegenerasi terkait usia dan penurunan kognitif.

Sejalan dengan hal ini, peningkatan keton melalui suplementasi atau makanan telah terbukti meningkatkan kognisi pada orang dewasa dengan penurunan kognitif ringan.

2. Sinkronisasi sirkadian

Makan pada waktu yang tidak sesuai dengan ritme alami tubuh sehari-hari dapat mengganggu kerja organ tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa hal ini mungkin membuat kita lebih rentan terhadap penyakit kronis.

Jika ingin membatasi asupan makan, sebaiknya lakukan dalam rentang waktu enam hingga sepuluh jam di siang hari atau saat tubuh aktif. Makan yang dibatasi waktu menyebabkan perubahan ekspresi gen di jaringan dan membantu tubuh selama istirahat dan beraktivitas.

Sebuah studi pada tahun 2021 terhadap 883 orang dewasa di Italia menunjukkan, orang yang membatasi asupan makanan hingga sepuluh jam sehari lebih kecil kemungkinannya mengalami gangguan kognitif dibandingkan orang yang makan tanpa batasan waktu.

Baca juga: 4 Tips agar Tetap Berenergi Selama Puasa Ramadhan

3. Mitokondria

Puasa intermiten dapat memberikan perlindungan otak melalui peningkatan fungsi mitokondria, metabolisme, dan pengurangan oksidan.

Peran utama mitokondria adalah menghasilkan energi dan sangat penting untuk kesehatan otak. Banyak penyakit yang berkaitan dengan usia berhubungan dengan ketidakseimbangan pasokan dan permintaan energi, yang kemungkinan besar disebabkan oleh disfungsi mitokondria selama penuaan.

Penelitian pada hewan pengerat menunjukkan bahwa puasa bergantian atau mengurangi kalori hingga 40 persen dapat melindungi atau meningkatkan fungsi mitokondria otak. Namun, tidak semua penelitian mendukung teori ini.

4. Sumbu usus-otak

Usus dan otak berkomunikasi satu sama lain melalui sistem saraf tubuh. Otak dapat memengaruhi perasaan usus, usus dapat memengaruhi suasana hati, kognisi, dan kesehatan mental.

Pada tikus, puasa intermiten menunjukkan harapan untuk meningkatkan kesehatan otak dengan meningkatkan kelangsungan hidup dan pembentukan neuron (sel saraf) di wilayah otak hipokampus, yang terlibat dalam memori, pembelajaran, dan emosi.

Baca juga: Penemuan Besar, Ilmuwan Hidupkan Otak Babi Selama 5 Jam di Luar Tubuh

Tidak ada bukti jelas mengenai efek puasa intermiten terhadap kognisi pada orang dewasa yang sehat. Namun, sebuah penelitian pada tahun 2022 mewawancarai 411 orang lansia dan menemukan frekuensi makan yang lebih rendah (kurang dari tiga kali sehari), yang dikaitkan dengan berkurangnya bukti penyakit Alzheimer pada pencitraan otak.

Beberapa penelitian menunjukkan, pembatasan kalori mungkin memiliki efek perlindungan terhadap penyakit Alzheimer dengan mengurangi stres oksidatif dan peradangan serta meningkatkan kesehatan pembuluh darah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com