Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Menilik Oseng dari Kacamata Budaya dan Bahasa

Kompas.com - 07/12/2023, 18:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Tri Wahyuni

JAGAD maya sempat dihebohkan dengan drama perseteruan pengulas kuliner atau acap disebut sebagai food vlogger.

Permasalahan diawali dengan ulasan jujur salah satu kreator konten yang memantik kemurkaan pemilik anjungan makan.

Baca juga: Nasi Goreng dan Sate, Kuliner di Balik Persiapan Proklamasi Kemerdekaan

Pemilik tempat makan yang juga kreator konten merasa tidak terima dengan ulasan food vlogger yang dinilai negatif dan berpotensi mematikan rezeki sang pemilik.

Namun, bukan perseteruan itu yang akan dibahas pada kesempatan kali ini. Anjungan makan yang menyajikan hidangan dominan oseng lah yang akan diulas pada artikel ini.

Secara umum, jenis masakan oseng digemari oleh masyarakat Indonesia semua kalangan. Oseng dapat dikatakan sebagai cara masak praktis dan diwariskan turun-menurun.

Definisi oseng dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V Daring adalah bentuk tidak baku dari lema gongseng yang bermakna ‘goreng tanpa minyak; sangrai’. Pemaknaan tersebut sedikit membuat bertanya-tanya, karena secara umum, masakan oseng itu terlihat sedikit berminyak.

Lalu, apakah makna tersebut sudah tepat jika disinonimkan dengan lema sangrai? Banyak contoh jenis kuliner yang dimasak dengan teknik oseng, seperti oseng mercon, oseng jamur, dan lain-lain.

Ketika dirunut di semua referensi, resep oseng dinyatakan menggunakan sedikit minyak dalam proses pemasakannya. Sementara jenis makanan yang dimasak dengan cara sangrai, seperti kacang sangrai, dan lain-lain menggunakan metode pemanasan bahan makanan kering tanpa minyak atau cairan sama sekali.

Jika ditinjau analisis komponen makna yang ditawarkan Eugene Nida (Nida, 1975) lema oseng tersebut dapat dijabarkan berdasarkan komponen-komponen makna yang membentuknya. Analisis komponen makna cukup efektif untuk mendefinisikan sebuah kata.

Sebagai tambahan referensi, Bausastra Jawa susunan W.J.S. Poerwadarminta merekam lema kongseng yang memiliki makna ‘diwolak-walik tumrap apa-apa sing digoreng’ yang artinya ‘dibolak-balik pada apa-apa yang digoreng’ (Poerwadarminta et al., 1939).

Baca juga: Manusia Purba Masak Ikan dengan Oven 780.000 Tahun Lalu

Jadi, jika dipendar komponen maknanya, lema oseng memiliki komponen makna [+ masak dengan minyak sedikit]; [+cita rasa asin, manis, pedas]; [+setengah kering]. Ketika dirujuk pada makna kongseng dapat dipahami bahwa proses memasak dengan minyak tersebut ada komponen makna [+ dibolak-balik].

Berdasarkan hal tersebut, definisi oseng pada KBBI V Daring dapat diubah berdasarkan korpus data yang merujuk pada resep oseng.

Selain oseng, kita mengenal kata tumis, seperti tumis kangkung, tumis terong balado, dan lain-lain, yang secara umum dianggap sama. Namun, jika dilihat dari komponen makna bahan, unsur, dan cara memasak ternyata ada sedikit perbedaan.

Dalam artikel yang pernah ditulis di laman briliofood.net, perbedaan oseng dan tumis terletak pada bahan dan takaran minyak yang digunakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com