Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Menilik Oseng dari Kacamata Budaya dan Bahasa

Kompas.com - 07/12/2023, 18:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Secara umum, cara masak oseng dan tumis hampir sama, yakni bumbu dibolak-balik dengan cepat menggunakan sedikit minyak. Namun, pada masakan tumis takaran minyak yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan masakan jenis oseng.

Selain itu, jika dirunut dari berbagai resep, bahan tumis biasanya didominasi kecap, sementara oseng biasanya lebih menggunakan gula merah.

Jenis masakan dengan tekstur kering dan berbumbu memang sangat menggugah selera orang. Selain dua jenis masakan oseng dan tumis, ada juga jenis masakan cah yang cara memasak bumbunya pun menggunakan sedikit minyak.

Namun, cah identik dengan bahan berupa sayur mayur, seperti kangkung, tauge, bayam, sawi, dan lain-lain sehingga penyajiannya cenderung berair meski hanya sedikit.

Baca juga: Sejak Kapan Orang di Asia Tenggara Memasak Kari?

Ada satu lagi komponen makna yang melekat pada jenis masakan cah yang terkesan orientalis, yakni tidak ada penambahan air pada proses masaknya. Sementara pada jenis masakan oseng dan tumis ada penambahan air pada proses memasaknya.

Hal tersebut dapat dimengerti sebab, sayuran yang merupakan unsur dominan pada jenis masakan cah sudah mengandung air, sehingga ketika dimasak secara otomatis akan mengeluarkan air.

Tidak berhenti sampai di situ, ada lagi jenis masakan yang lekat dengan penggunaan sedikit minyak pada proses pemasakannya, yakni gongso. Namun, ada komponen makna yang sangat khas dalam kata gongso, yakni jenis bahan yang digunakan.

Gongso sangat identik dengan olahan daging beserta jeroannya. Kita mengenal jenis masakan babat gongso, iga gongso, ayam gongso, dan lain-lain.

Kita patut bersyukur dan berbangga kayanya Indonesia akan ragam kuliner nusantara memunculkan berbagai citarasa masakan. Kekayaan tidak hanya berupa jenis makanan, melainkan juga cara memasaknya.

Berdasarkan penjabaran cara masak oseng, tumis, cah, dan gongso dapat disimpulkan bahwa letak persamaannya jenis masakan tersebut terletak pada penggunaan sedikit minyak pada proses pengolahannya serta cita rasa yang gurih, asin, manis, dan pedas.

Sementara, ciri pembeda dari jenis masakan semi kering seperti oseng, tumis, cah, dan gongso terletak pada takaran minyak yang digunakan, penggunaan air, bumbu dan unsur pelengkap yang digunakan, seperti kecap, gula, dan aneka rempah.

Baca juga: Sebelum Ada Api, Nenek Moyang Manusia Memasak dengan Mata Air Panas

Hal tersebut tentu dapat menambah pemaknaan lema yang ada pada KBBI V Daring yang digunakan sebagai sumber rujukan kosakata bahasa Indonesia.

Tabik.

Tri Wahyuni
Peneliti Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas – BRIN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com