Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diabetes Meningkat, Penderitanya Akan Mencapai 1,3 Miliar pada 2050

Kompas.com - 27/06/2023, 08:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Jumlah penderita diabetes di seluruh dunia diperkirakan akan bertambah pada tahun 2050. Kenaikan itu terjadi di setiap negara dan di setiap kelompok umur.

Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal The Lancet ini, jumlah penderita diabetes meningkat dari 529 juta orang pada tahun 2021 menjadi lebih 1,3 miliar orang pada tahun 2050.

Tidak ada negara yang diperkirakan akan mengalami penurunan tingkat diabetes selama 30 tahun ke depan.

Penderita diabetes terus meningkat

Dikutip dari Guardian, Senin (26/6/2023) para ahli menggambarkan data tersebut mengkhawatirkan dan menjadi ancaman signifikan bagi manusia dan sistem kesehatan.

Diabetes tetap menjadi salah satu ancaman kesehatan masyarakat terbesar saat ini dan akan tumbuh secara agresif selama tiga dekade mendatang di setiap negara, kelompok usia dan jenis kelamin, menimbulkan tantangan serius bagi sistem perawatan kesehatan di seluruh dunia,” kata Dr Shivani Agarwal, dari Montefiore Health System dan Albert Einstein College of Medicine di New York.

Baca juga: Diabetes Melitus Tipe 2 Bisa Dicegah, Bagaimana Caranya?

Sementara itu, PBB memperkirakan bahwa pada tahun 2050 populasi dunia akan menjadi sekitar 9,8 miliar. Ini menunjukkan bahwa pada saat itu satu dari tujuh orang akan hidup dengan diabetes.

Diabetes tipe 2 yang merupakan penderita diabetes tertinggi, sebagian besar dapat dicegah dan dalam beberapa kasus berpotensi dapat dipulihkan jika diidentifikasi dan dikelola di awal.

Namun semua bukti menunjukkan bahwa prevalensi diabetes meningkat di seluruh dunia terutama karena peningkatan obesitas yang disebabkan oleh berbagai faktor.

Penyebab bertambahnya penderita diabetes

Membahas mengenai penyebab bertambahnya kasus diabetes pun juga terbilang kompleks.

Peneliti menyebut salah satu faktor yang mempercepat tingkat diabetes adalah karena ketidaksetaraan geografis.

Baca juga: Diabetes Melitus Bisa Sebabkan Kerusakan Saraf, Apa Saja Gejalanya?

 

Orang-orang dari komunitas yang terpinggirkan cenderung tidak memiliki akses ke obat-obatan esensial seperti insulin dan memiliki kontrol gula darah yang lebih buruk, serta kualitas hidup yang lebih rendah.

Selain itu, penelitian menguraikan bagaimana efek rasisme dan ketidakadilan berskala besar dan mengakar menyebabkan dampak pada prevalensi, perawatan, dan hasil diabetes global.

"Kebijakan rasis seperti segregasi tempat tinggal memengaruhi tempat tinggal orang, akses mereka ke makanan yang cukup dan sehat serta layanan kesehatan," ungkap Leonard Egede dari Medical College of Wisconsin.

Hal ini membuat peneliti berkesimpulan etnis, tempat tinggal, dan penghasilan semuanya menurut peneliti memengaruhi peluang seseorang terkena diabetes tipe.

"Kebutuhan untuk tindakan lintas pemerintah mengatasi ketidaksetaraan dalam prevalensi dan hasil diabetes, serta kondisi kesehatan yang buruk seperti kemiskinan dan hidup dengan obesitas menjadi hal yang mendesak untuk dilakukan," ungkap peneliti.

Baca juga: Diabetes Tipe 3, Ketahui Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com