RAMADHAN kali ini mengingatkan kembali kultum yang pernah disampaikan oleh cendekiawan muslim, Haidar Bagir, bertema integritas.
Haidar menyebut, sejatinya integritas merupakan sifat asal manusia, di mana kadarnya dapat terkikis seiring perjalanan hidup.
Ramadhan dapat menjadi momentum untuk mengembalikan sifat tersebut menjadi yang paling dominan dalam diri.
Fitrah sebagai modal
Dalam ajaran islam, ibadah di bulan Ramadhan yang dilakukan secara ikhlas dan mengharap ridho Tuhan, akan membuat kita kembali fitrah atau penuh. Pengertian penuh didasarkan pada dua hal.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Jangan Terserah, Jangan Menyerah!
Pertama, sebelum ditiupkan ruhnya ke jasad di dalam kandungan, manusia sudah berikrar akan adanya Tuhan sebagai sumber hidup dan pemelihara.
Itu sebabnya dalam bahasa Arab, kafir bukan berarti tidak percaya, melainkan menutupi benih kepercayaan kepada Tuhan yang ada dalam hatinya.
Hal serupa juga pernah disampaikan oleh Prof Quraish Shihab dalam salah satu ceramahnya. Beliau menyebut bahwa beragama (menyembah Tuhan) merupakan kebutuhan dasar seseorang yang dalam praktiknya paling bisa dikesampingkan.
Nurani manusia dapat secara terus menerus menolak kebutuhan tersebut, demi bisa berbuat salah.
Namun saat terjadi musibah atau saat seseorang harus menanggung konsekuensi terhadap kejahatan yang dilakukan, kebutuhan beragama kembali menguat.
Sebagai contoh, tampilan para koruptor yang ditangkap KPK jauh lebih religius dengan atribut-atribut keagamaan (kerudung, peci, baju koko, dan lain-lain) dibanding saat bebas.
Kedua, manusia dibekali pengetahuan, dan dorongan untuk berbuat baik serta menghindari keburukan.
Itu pula yang seringkali menjadikan hati gelisah ketika seseorang berbuat salah, dari level paling ringan hingga berat. Dua hal ini merupakan modal dalam membangun karakter integritas seseorang.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Meraih Kemenangan Idul Fitri di Tengah Pandemi Covid-19
Pada sisi lain, integritas menjadi pondasi awal dalam belajar Islam. Seperti dijelaskan dalam sebuah hadis, di mana Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan kepada arab baduy yang ingin belajar Islam agar jangan bohong.
Karena dengan kejujuran, arab baduy akan berpikir berkali-kali saat hendak melakukan maksiat, sebab dia harus menjawab setiap pertanyaan dengan jujur.