Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketegangan Meningkat di Perbatasan China-Taiwan Laut China Selatan

Kompas.com - 19/03/2024, 13:45 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

BEIJING, KOMPAS.com - Saat mengemudikan kapal melintasi perairan tenang di Laut China Selatan, kapten kapal Taiwan Lu Wen-shiung mengenang masa lalu.

Saat itu, para nelayan China dan Taiwan biasa bertemu di balik tanjung berbatu, melabuhkan kapal mereka jauh dari pandangan pihak berwenang, untuk berbagi makanan. 

Pengawasan terhadap mereka lebih sedikit, dan kedua belah pihak lebih bersahabat, menangkap ikan di perairan yang sama, serta sesekali saling menjual ikan secara diam-diam.

Baca juga: Taiwan dan China Bekerja Sama Selamatkan Kapal Terbalik

"Kami seperti saudara, kami memiliki hubungan yang baik, mereka bahkan memasak untuk kami," katanya. "Tapi sekarang pengawasannya menjadi lebih ketat, penjaga pantai China akan menelepon saya jika kapal-kapal itu terlalu dekat."

Saat ini, saat menjadi kapten kapal wisata, Lu mengatakan jika dia mendekati garis air terlarang, perbatasan laut de facto dengan China, dia akan mendapatkan peringatan cepat melalui radio dari penjaga pantai.

Dilansir dari Guardian, Lu dan perahunya sempat melakukan perjalanan melalui perairan yang sibuk di sekitar Kinmen County, sebuah kepulauan yang dikendalikan oleh Taiwan namun terletak hanya beberapa kilometer jauhnya dari China.

Pemerintah Partai Komunis China mengklaim Taiwan (termasuk Kinmen) sebagai provinsi China, dan semakin gencar melakukan aneksasi, sementara pemerintah dan rakyat Taiwan semakin menentangnya.

Terlepas dari ketegangan politik yang ada, Kinmen-Xiamen adalah salah satu daerah di mana kerja sama resmi telah berhasil berlanjut, dengan upaya bersama untuk menindak penangkapan ikan ilegal dan penyelundupan, serta misi pencarian dan penyelamatan. 

Namun, sebuah insiden maritim yang fatal bulan lalu menimbulkan pertanyaan serius tentang kekuatan perbatasan.

Pada Februari, patroli China meningkat setelah terjadinya kecelakaan fatal yang menimpa sebuah kapal berawak tiga orang di perairan Kinmen. 

Baca juga: Delegasi AS di Taiwan Sebut China Sebagai Penindas

Kapal tersebut telah melarikan diri dari kapal penjaga pantai Taiwan yang memerintahkannya untuk berhenti untuk diperiksa. 

Dua dari empat penumpang China tewas dan China menyalahkan Taiwan. 

Kemarahan semakin memuncak ketika diketahui bahwa kedua kapal tersebut telah bertabrakan, sebuah fakta yang pada awalnya diabaikan pihak berwenang Taiwan. 

Lima belas putaran negosiasi tertutup mengenai tanggung jawab dan kompensasi sejauh ini tidak membuahkan hasil.

China menuduh Taiwan menghindar dan Taiwan menuduh China mengajukan tuntutan yang tidak masuk akal seperti menginginkan perwira Taiwan pergi ke daratan untuk diinterogasi.

Para ahli mengatakan bahwa kedua belah pihak jelas berusaha untuk menghindari eskalasi serius dari insiden tersebut, tetapi reaksi China juga sesuai dengan pola penggunaan insiden untuk menetapkan norma-norma baru dan melanggar batas wilayah Taiwan.

Contoh paling mencolok dari taktik ini terjadi pada Agustus 2022, ketika Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan.

Baca juga: Menimbang Peluang China Lakukan Blokade Militer ke Taiwan

Sebagai tanggapan, serangan militer China ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan meningkat dan penyeberangan garis tengah, perbatasan de facto Selat Taiwan, telah menjadi hal yang biasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com