Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Mohammed Mustafa yang Baru Ditunjuk Jadi PM Palestina

Kompas.com - 15/03/2024, 05:56 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP,WAFA

YERUSALEM, KOMPAS.com - Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah menunjuk Mohammed Mustafa sebagai Perdana Menteri baru Palestina.

Penunjukan Mustafa dilakukan kurang dari tiga minggu setelah pendahulunya, Mohammed Shtayyeh, mengundurkan diri, dengan alasan perlunya perubahan setelah perang Hamas-Israel pecah.

Sebagaimana diberitakan Kantor berita Palestina, Wafa, pada Kamis (14/3/2024), pria berusia 69 tahun ini sekarang menghadapi tugas untuk membentuk pemerintahan baru bagi Otoritas Palestina, yang memiliki kekuasaan terbatas di beberapa bagian Tepi Barat yang diduduki Israel.

Baca juga: PM Palestina Mohammad Shtayyeh Mengundurkan Diri, Ungkap Alasannya 

Profil Mohammed Mustafa

Mohammed Mustafa adalah penasihat Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang telah lama dipercaya dalam urusan ekonomi.

Ia merupakan anggota komite eksekutif independen Organisasi Pembebasan Palestina -yang didominasi oleh gerakan Fatah yang berkuasa.

Mustafa pernah menjabat sebagai wakil perdana menteri untuk urusan ekonomi, menjadi anggota dewan di Palestine Investment Fund dan bekerja di sejumlah posisi senior di Bank Dunia.

Sosok yang pernah belajar di George Washington University di Washington itu juga pernah menjadi penasihat pemerintah Kuwait dan dana kekayaan negara Arab Saudi, Dana Investasi Publik.

Sejak tahun 2007, kontrol atas wilayah Palestina telah dibagi antara Otoritas Palestina pimpinan Abbas di Tepi Barat dan Hamas di Jalur Gaza. 

Baca juga: PM Palestina Tolak Ide Kamp Sementara bagi Pengungsi Palestina dengan Alasan Ini

Mustafa terlibat dalam upaya rekonstruksi di Gaza setelah invasi Israel tahun 2014.  

Perang Gaza saat ini meletus setelah Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober, yang mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang, sebagian besar warga sipil, menurut data dari Israel.

Sementara, serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 31.341 orang, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah itu.

Selama perang, kekerasan di Tepi Barat telah meningkat ke tingkat yang belum pernah terjadi selama hampir dua dekade. 

Pasukan dan pemukim Israel telah menewaskan sedikitnya 430 warga Palestina di Tepi Barat sejak perang Gaza dimulai, menurut kementerian kesehatan di Ramallah.

Amerika Serikat dan negara-negara lain telah menyerukan agar Otoritas Palestina direformasi untuk mengambil alih semua wilayah Palestina setelah perang berakhir.

Dilansir AFP, tak lama setelah pengunduran diri Shtayyeh pada akhir Februari, faksi-faksi Palestina termasuk Hamas dan Fatah berpartisipasi dalam pembicaraan yang diselenggarakan oleh Rusia untuk membahas perang di Gaza dan rencana pasca-perang.

Baca juga: Warga Palestina Sambut Ramadhan di Bawah Bayang-bayang Perang

Setelah itu faksi-faksi tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa mereka akan mengupayakan "persatuan tindakan" dalam menghadapi Israel.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com