Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Ragam Cara Hamas Memperoleh Uang

Kompas.com - 15/12/2023, 11:28 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

JALUR GAZA, KOMPAS.com - Jaringan keuangan Hamas begitu kompleks dan buram, tetapi akarnya memanjang jauh ke luar Jalur Gaza.

Kelompok yang dipandang sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa ini telah diganjar dengan beragam sanksi selama beberapa dekade tanpa akses ke sistem perbankan internasional.

Kendati demikian, kelompok tidak terlihat seperti kekurangan dana lantaran mereka mampu melancarkan serangan dadakan ke Israel pada 7 Oktober menggunakan ribuan roket, pesawat nirawak, dan perlengkapan berteknologi mutakhir lainnya.

Baca juga: Jika Hamas Hancur, Israel Disebut Harus Ambil Alih Tanggung Jawab Memerintah Gaza

Bagaimana mereka membiayai kegiatan?

Hamas adalah gerakan Islami yang dibentuk pada 1987 dengan sayap politik dan militer.

Sayap bersenjata mereka, yang dikenal sebagai Brigade Izz al-ddin al-Qassam, telah melakukan banyak serangan dan bom bunuh diri terhadap Israel di masa lampau.

Seperti yang diperlihatkan dalam serangan 7 Oktober, mereka memiliki akses terhadap instrumen militer.

Namun, Hamas lebih dari itu. Kelompok tersebut memerintah dan mengelola Jalur Gaza yang dihuni lebih dari 2,3 juta orang serta bertanggung jawab atas sekitar 50.000 orang pegawai sipil.

Sebagai organisasi politik dan sosial, Hamas juga mengumpulkan pajak dan memperoleh bantuan internasional dari berbagai pemerintah serta organisasi amal.

Kelompok ini pun memiliki portofolio investasi internasional yang seringkali menggunakan aset kripto sebagai alat untuk menghindari sanksi-sanksi internasional.

Qatar

Negara ini adalah salah satu negara paling kaya di dunia dan, bersama dengan Turkiye, mendukung Hamas setelah kelompok tersebut berseteru dengan rival mereka, Fatah, pada 2007.

Ketika Israel menerapkan blokade terhadap Gaza pada tahun yang sama, Qatar memutuskan untuk mendukung penduduk Palestina di Jalur Gaza dengan bantuan kemanusiaan.

Pada 2012, Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani, emir Qatar saat itu, merupakan kepala negara pertama yang melakukan kunjungan ke Gaza di bawah kekuasaan Hamas. Dia menjanjikan bantuan dana senilai jutaan dolar, yang pada akhirnya disetujui Israel.

Qatar telah menawarkan sebuah bentuk dukungan politis kepada Hamas dengan mengizinkan para pemimpinnya menetap di Doha, setelah mereka harus meninggalkan markas bersejarah mereka di Damaskus akibat perang sipil.

Baca juga: Israel Dilaporkan Membanjiri Terowongan Hamas dengan Air Laut Mediterania

Ismail Haniyeh, yang dipandang sebagai pemimpin Hamas, dan Khaled Meshaal, penerusnya, berbasis di ibu kota Qatar, Doha. Begitu juga dengan pemimpin-pemimpin Taliban hingga mereka kembali menguasai Afghanistan pada musim panas 2021.

Sejak itu Qatar menjadi pemain kunci dalam beragam negosiasi dengan kelompok-kelompok yang oleh negara-negara Barat dianggap teroris serta sulit diajak bernegosiasi secara langsung karena terkendala hukum dan opini publik.

Peran perantara antara Hamas dan Israel, yang biasanya dipegang Mesir, kini sebagian besar diemban Qatar -seperti yang kini terlihat dalam negosiasi-negosiasi mengenai para sandera Israel yang diculik kelompok itu.

Qatar, yang merupakan basis terbesar militer AS di Timur Tengah, telah mengirimkan bantuan kemanusiaan senilai miliaran dolar kepada rakyat Palestina selama bertahun-tahun untuk meringankan imbas blokade Israel terhadap Gaza. Doha berkeras uang ini untuk rakyat Palestina, bukan Hamas.

Tidak jelas seberapa besar bantuan ini sebenarnya, tetapi analis-analis memperkirakan antara 1 miliar dollar AS (Rp 15,5 triliun) dan 2,6 miliar dollar AS (Rp40,3 triliun) sejak 2014. Dana ini telah membantu rekonstruksi Jalur Gaza setelah dilanda berbagai perang dengan Israel.

Pada 2016, Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, mengumumkan bahwa negaranya akan mengalokasikan 113 juta real Qatari (sekitar Rp465 miliar).

“(Dana tersebut untuk) meringankan penderitaan saudara-saudara kami di Jalur Gaza dan kesulitan-kesulitan keuangan serius yang mereka hadapi akibat pengepungan tidak adil yang dilakukan terhadap mereka oleh pendudukan Israel,” jelasnya kala itu.

Uang ini, yang dibayarkan setiap bulannya, dipakai untuk menggaji hampir 50.000 pegawai sipil Gaza, membeli bahan bakar untuk memasok listrik Jalur Gaza, dan membantu keluarga-keluarga termiskin, yang setiap bulannya mendapatkan dana bantuan senilai 100 dollar AS (sekitar Rp 1,2 juta).

Dana-dana ini ditransfer dengan koordinasi bersama AS dan Israel, sebagaimana dijelaskan Khaled al Hroub, Profesor Studi Timur Tengah dari Universitas Northwestern di Qatar kepada BBC.

“Dolar-dolar yang datang ke teritori-teritori Palestina, termasuk Gaza, barangkali merupakan yang paling dimonitor di dunia, mengingat mata-mata AS, Israel, Yordania, dan Mesir mengawasi uang dengan cermat menngingat sebagian uang datang melalui bank-bank mereka,” ujar ahli Palestina itu, yang juga menulis beberapa buku tentang Hamas.

Uang itu ditransfer dari Doha ke Israel kemudian masuk ke Gaza dalam koper-koper berisikan uang kertas yang dibawa perwakilan-perwakilan Qatar melalui penyeberangan Erez di bagian utara Jalur Gaza.

Uang itu didistribusikan melalui kantor-kantor pos dan supermarket-supermarket menuju para pegawai sipil dan keluarga-keluarga miskin.

Baca juga: Negara-negara yang Dukung dan Tolak Resolusi PBB untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com