JALUR GAZA, KOMPAS.com - Jumlah korban tewas di Gaza naik lagi menjadi sekitar 18.200 orang pada Senin (11/12/2023).
Bahkan, ketika korban tewas yang diumumkan Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas sudah ada begitu banyak, Israel masih menyerang sejumlah wilayah di kantong Palestina tersebut.
Itu termasuk terjadi di Kota Rafah yang sebelumnya dikatakan Israel kepada penduduk Gaza sebagai tempat aman.
Baca juga: WHO: Situasi Kesehatan di Gaza Hampir Mustahil Dapat Diperbaiki
Seorang penduduk, Umm Mohammed al-Jabri (56), mengaku telah kehilangan tujuh anaknya dalam sebuah serangan udara di Rafah yang berada di dekat Mesir, setelah mengungsi ke sana dari Kota Gaza.
"Tadi malam mereka mengebom rumah tempat kami tinggal dan menghancurkannya. Mereka mengatakan Rafah akan menjadi tempat yang aman. (Nyatanya) Tak ada tempat yang aman," ucapnya kepada AFP, Senin.
Serangan Israel ke Gaza dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober lalu yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel selatan dan menyebabkan puluhan sandera dibawa kembali ke kantong Palestina tersebut.
Hamas telah memperingatkan bahwa 137 sandera yang tersisa tidak akan selamat kecuali Israel memenuhi tuntutannya dan membebaskan lebih banyak lagi tahanan Palestina.
Di sisi lain, PM Israel Benjamin Netanyahu pada Senin telah meminta Hamas untuk menyerah sekarang juga.
Pemerintahnya telah mengeklaim bahwa ribuan militan Hamas telah terbunuh selama perang, yang kini telah memasuki bulan ketiga.
Baca juga: Israel Tanggapi Tersebarnya Foto Puluhan Pria Palestina Ditelanjangi di Gaza
Tentara Israel mengatakan bahwa 500 militan telah ditangkap selama sebulan terakhir.
Sementara itu, PBB memperkirakan 1,9 juta dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi. Dari jumlah tersebut, dikatakan bahwa setengahnya adalah anak-anak.
Penduduk mengungsi ketika sebagian besar wilayah Gaza telah menjadi puing-puing akibat serangan Israel.
Di tengah tekanan yang semakin meningkat atas kondisi kemanusiaan, Israel mengumumkan akan menyaring bantuan ke Gaza di dua pos pemeriksaan tambahan, yang akan memungkinkan lebih banyak bantuan untuk masuk ke wilayah yang porak-poranda itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.