BREST, KOMPAS.com - Di Belarus negara yang tertutup, hanya beberapa kilometer dari perbatasan Uni Eropa, pasukan khusus arahan sekutu Rusia yaitu Presiden Alexander Lukashenko melakukan simulasi perang.
Para tentara Belarus melakukan simulasi pertempuran di hutan, sedangkan pasukan terjun payung di dekatnya berlatih melompat dari pesawat.
Lukashenko memerintah Belarus--negara pecahan Uni Soviet--dengan tangan besi selama hampir tiga dekade dan mendukung intervensi Rusia di Ukraina tahun lalu.
Baca juga: Belarus Mau Berperang Bersama Rusia di Ukraina, Asalkan...
Dia mengizinkan Rusia menggunakan Belarus sebagai landasan peluncuran untuk operasi militernya melawan Ukraina.
Kekhawatiran pun berkembang mengenai apakah Belarus ikut perang.
"Kami siap memenuhi tugas apapun, termasuk yang paling sulit jika kami harus melakukannya," kata Wakil Komandan Pasukan Operasi Khusus Belarus Vadim Lukashevich kepada AFP, dikutip pada Rabu (22/2/2023).
Pasukan di luar kota Brest menjalankan latihan, sebagai bagian dari tur pers yang dikontrol ketat dari Brigade Serangan Udara Pengawal Terpisah ke-38.
Tempat latihan mereka hanya berjarak empat kilometer dari Polandia--anggota Uni Eropa dan NATO--serta 50 kilometer dari Ukraina.
Potret Lukashenko yang berkuasa sejak 1994 dan mengenakan seragam militer dipasang di spanduk saat tentara berlatih di belakangnya.
"Tidak ada tugas yang lebih penting hari ini selain mempertahankan pencapaian kami, rakyat kami, dan tanah kami," adalah kutipan Lukashenko yang dicetak di samping gambarnya.
"Orang-orang Belarus itu damai. Tetapi jika harus, kami akan mempertahankan Belarus," ucap Lukashevich.
Baca juga:
Beberapa pejabat Belarus mengatakan, tentara mereka mendapat manfaat dari kehadiran pasukan Rusia dan mendapatkan pelatihan yang lebih baik.
Selama tur yang hati-hati, AFP diperlihatkan barak tempat tinggal para tentara.
Bendera Belarus hijau-merah menghiasi dinding, beserta slogan patriotik dan potret Lukashenko juga jenderal lainnya.
Di antara ruangan yang berisi deretan tempat tidur logam terdapat ruang kelas, yang menurut para ofisial digunakan untuk berbagai kegiatan termasuk pelajaran ideologis.
Belarus, yang mempertahankan sebagian besar warisan dan institusi Sovietnya, tertutup untuk media asing terutama setelah demonstrasi anti-pemerintah pada 2020.
"Kami tidak menyerang siapa pun," kata pejabat Belarus lainnya. "Tapi jika ada yang menyerang kami, maka..."
Baca juga: Apakah Belarus Akan Ikut Berperang Melawan Ukraina?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.