KYIV, KOMPAS.com - Ukraina mengabaikan ultimatum Rusia untuk menyerahkan kota timur Severodonetsk pada Rabu (15/6/2022), saat Amerika Serikat (AS) mengumumkan lebih banyak senjata disiapkan untuk Kyiv.
Severodonetsk, yang sekarang sebagian besar dalam reruntuhan, telah menjadi titik fokus perang.
Rusia mengatakan kepada pasukan Ukraina yang bersembunyi di sebuah pabrik kimia di sana untuk meletakkan senjata mereka mulai Rabu (15/6/2022) pagi, saat mereka berjuang untuk menguasai Ukraina timur.
Ukraina mengatakan lebih dari 500 warga sipil, termasuk 40 anak-anak, tetap bersama tentara di dalam pabrik kimia Azot, berlindung dari pengeboman Rusia selama berminggu-minggu.
Separatis yang didukung Rusia di daerah itu mengatakan hingga 1.200 warga sipil mungkin berada di dalam.
Wali Kota Severodonetsk, Oleksandr Stryuk, mengatakan pasukan Rusia berusaha menyerbu kota dari beberapa arah, tetapi Ukraina terus mempertahankannya dan tidak sepenuhnya terputus, meskipun semua jembatan sungainya telah hancur.
"Situasinya sulit tetapi stabil," katanya kepada televisi Ukraina sebagaimana dilansir Reuters pada Kamis (16/6/2022).
"Rute pelarian berbahaya, tetapi ada beberapa." Dia tidak mengacu pada ultimatum Rusia.
Moskwa mengatakan telah membuka koridor kemanusiaan dari Azot pada Rabu (15/6/2022) untuk memungkinkan warga sipil melarikan diri ke wilayah yang dikuasai Rusia.
Ia menuduh pasukan Ukraina mengganggu rencana itu dan menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia, yang dibantah Kyiv.
"Tidak ada halangan bagi warga sipil untuk pergi, kecuali keputusan prinsip dari otoritas Kyiv sendiri," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan. Reuters yang melaporkan berita ini tidak dapat memverifikasi klaim itu.
Serhiy Gaidai, gubernur wilayah Luhansk yang terdiri dari Severodonetsk, mengatakan tentara Ukraina mempertahankan kota itu dan berusaha menghentikan pasukan Rusia untuk merebut kota kembarnya Lysychansk di tepi seberang sungai Siverskyi Donetsk.
Reuters tidak dapat segera memverifikasi klaim di medan perang.
Luhansk adalah salah satu dari dua provinsi timur yang diklaim Moskwa atas nama proksi separatis.
Bersama-sama mereka membentuk Donbas, kawasan industri tempat Rusia memfokuskan serangannya setelah gagal merebut ibu kota Ukraina, Kyiv, pada Maret.
Baca juga: PBB: Terlalu Dini Sebut Rusia Lakukan Kejahatan Perang di Ukraina