Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Tidak Masalah jika Dicoret dari KTT G20 Indonesia, tapi Peringatkan Hal Ini

Kompas.com - 29/03/2022, 14:00 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

MOSKWA, KOMPAS.com - Pemerintah Rusia menepis ancaman Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk mengeluarkan Rusia dari kelompok ekonomi 20 negara (G20) karena invasinya ke Ukraina.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, seandainya Rusia dikeluarkan dari G20, langkah itu tak akan menjadi bencana.

"Format G20 adalah penting, tapi dalam kondisi sekarang ketika mayoritas pesertanya sedang melancarkan perang ekonomi terhadap Rusia, maka tak ada hal mengerikan yang akan terjadi," kata Dmitry Peskov kepada para wartawan pada Jumat (25/3/2022).

Baca juga: KTT G20, Media Asing Beritakan Indonesia Tidak Depak Rusia dan Putin dari Pertemuan

Dmitry Peskov mengecilkan dampak kemungkinan Rusia dikeluarkan dari G20.REUTERS via BBC INDONESIA Dmitry Peskov mengecilkan dampak kemungkinan Rusia dikeluarkan dari G20.
Ditambahkan, dunia tidak hanya terbatas pada Amerika Serikat dan Eropa, dan dia memperkirakan upaya Washington mengucilkan Moskwa akan gagal.

Penegasan Peskov disampaikan menyusul pernyataan sejumlah negara Barat untuk mengeluarkan Rusia dari G20 sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraina.

Dalam pertemuan dengan sejumlah pemimpin dunia di Brussels, Belgia, Kamis (24/3/2022) waktu setempat, Presiden AS Joe Biden mengatakan, Rusia harus dikeluarkan dari G20.

"Jawaban saya adalah ya, tergantung pada G20," kata Biden, ketika ditanya apakah Rusia harus dikeluarkan dari grup tersebut, seperti dikutip Reuters.

Biden juga mengatakan, jika negara-negara seperti Indonesia dan lainnya tidak setuju dengan dikeluarkannya Rusia, maka dalam pandangannya, Ukraina harus diizinkan untuk menghadiri pertemuan G20 tersebut.

Komentar ini keluar setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, dikatakan ingin menghadiri KTT G20 di Bali, Indonesia, yang tahun ini memimpin forum tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden AS Joe Biden ketika bertemu di Jenewa 16 Juni 2021.AFP/GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden AS Joe Biden ketika bertemu di Jenewa 16 Juni 2021.
Sebelumnya, pada hari yang sama, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan bahwa membiarkan Presiden Putin duduk satu meja dengan para pemimpin dunia lain adalah "satu langkah yang terlalu jauh".

Mantan Perdana Menteri Inggris, David Cameron, menyerukan kepada pemimpin negara-negara Barat untuk memboikot KTT G20 seandainya Presiden Putin hadir.

AS berargumen dengan adanya serbuan ke Ukraina, maka lembaga-lembaga internasional tidak bisa bertindak sebagaimana biasanya.

Baca juga: PM Australia Tak Terima Indonesia Undang Putin ke KTT G20

Indonesia sebagai tuan rumah KTT G20 "tidak memihak"

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) mendengarkan Presiden Indonesia Joko Widodo (kiri) selama pertemuan mereka di Sochi, Rusia, 18 Mei 2016.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) mendengarkan Presiden Indonesia Joko Widodo (kiri) selama pertemuan mereka di Sochi, Rusia, 18 Mei 2016.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, menegaskan bahwa Indonesia sebagai ketua G20 tahun ini tidak memihak, di tengah seruan agar Presiden Rusia Vladimir Putin tidak diundang dan agar Rusia dikeluarkan dari forum itu menyusul invasi ke Ukraina.

Namun dalam jumpa pers pada Kamis (24/3/2022), Indonesia menegaskan sikap netral.

"Sebagai presidensi tentunya dan sesuai dengan presidensi-presidensi sebelumnya adalah mengundang semua anggota G20," kata Staf Khusus Menlu bidang Penguatan Program-program Prioritas Kemenlu dan Co-Sherpa G20 Indonesia, Dian Triansyah Djani.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com