Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Inggris: Trauma Masa Kecil Mungkin Pengaruhi Keraguan Orang pada Vaksin

Kompas.com - 02/02/2022, 18:45 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

LONDON, KOMPAS.com - Penolakan atau keengganan untuk menerima vaksin Covid-19 dapat dikaitkan dengan peristiwa traumatis masa kecil, seperti perpisahan orang tua, pengabaian, atau pelecehan fisik, verbal dan seksual, menurut penelitian baru dari Inggris.

Mereka yang menderita di masa kanak-kanak, juga cenderung tidak mempercayai informasi resmi virus corona NHS, mengikuti aturan pembatasan atau memakai masker selama pandemi, menurut pakar kesehatan masyarakat Inggris.

Baca juga: PM Kanada Sembunyi di Lokasi Rahasia Saat Protes Mandat Vaksin Covid-19 Serbu Ibu Kota

Dua tahun setelah virus corona pertama kali mencapai Inggris, dan setahun setelah vaksin untuk melindunginya tersedia secara gratis di NHS, jutaan orang masih belum divaksinasi.

Hampir satu dari 10 orang di Inggris, 9 persen, masih belum mendapatkan dosis tunggal. Pakar kesehatan dan pembuat kebijakan Inggris pun segera mencoba mencari tahu alasannya.

Sekarang temuan studi baru yang didanai oleh Public Health Wales dan diterbitkan dalam jurnal BMJ Open menunjukkan bahwa keraguan pada vaksin Covid-19 mungkin terkait dengan trauma masa kanak-kanak.

Guardian pada Selasa (1/2/2022) melaporkan, para peneliti mensurvei 2.285 orang berusia 18 tahun ke atas di Wales selama pembatasan penguncian antara 2020 dan 2021.

Mereka ditanya tentang sembilan pengalaman masa kecil yang merugikan (adverse childhood experiences atau ‘Aces’), serta kepercayaan yang rendah pada informasi Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) tentang Covid-19.

Itu terutama menanyakan apakah mereka mendukung penghapusan jarak sosial dan wajib masker, serta melanggar aturan Covid dan memiliki keragu-raguan pada vaksin.

Baca juga: Bintang Marvel Evangeline Lilly jadi Kontroversi Pasca-Hadiri Protes Anti-Vaksin

Sembilan pengalaman merugikan masa kecil (Aces) yang disorot dalam penelitian ini adalah: pelecehan fisik, verbal dan seksual, perpisahan orang tua, paparan kekerasan dalam rumah tangga, hidup dengan anggota rumah tangga dengan penyakit mental, penyalahgunaan alkohol dan/atau narkoba, atau anggota keluarga di penjara.

Setengah dari mereka dalam penelitian ini tidak mengalami trauma masa kanak-kanak. Satu dari lima menderita satu jenis, sekitar satu dari enam melaporkan dua atau tiga trauma, dan satu dari 10 melaporkan empat atau lebih trauma.

Hasil penelitian menunjukkan semakin banyak trauma yang dialami orang di masa kecil, semakin besar kemungkinan mereka untuk tidak mempercayai informasi dari NHS Covid-19.

Mereka akan merasa dibatasi secara tidak adil oleh pemerintah dan mendukung penghentian wajib masker.

Mereka yang memiliki empat atau lebih ‘Aces’ dua kali lebih mungkin melanggar aturan Covid, dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki trauma masa kecil.

Sementara keragu-raguan vaksin tiga kali lipat lebih tinggi pada orang yang memiliki lebih dari empat trauma dibandingkan dengan yang tidak sama sekali.

Orang yang memiliki lebih dari empat pengalaman merugikan masa kecil juga disebut memiliki keinginan untuk menghapus jarak sosial.

Baca juga: Inggris Sebut Vaksin Booster Bisa Cegah Kematian akibat Omicron hingga 95 Persen

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com