Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Beri Uang dan Tanah ke Keluarga Pelaku Bom Bunuh Diri Penyerang Pasukan AS

Kompas.com - 20/10/2021, 16:20 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Newsweek

KABUL, KOMPAS.com - Taliban disebut memberikan uang dan menjanjikan tanah kepada keluarga pelaku bom bunuh diri yang menyerang pasukan AS dan Afghanistan.

Langkah ini jelas bertentangan dengan upaya milisi merebut dukungan internasional, sejak Washington menarik militernya Agustus lalu.

Penjabat Menteri Dalam Negeri Sirajuddin Haqqani melakukan pertemuan dengan keluarga pelaku bom bunuh diri di hotel Kabul, Senin (18/10/2021).

Baca juga: Dua Menteri Afghanistan Sempat Keliling London dengan Mobil Mahal Sebelum Negaranya Jatuh ke Taliban

Berdasarkan kicauan juru bicara kementerian dalam negeri Saeed Khosty, Haqqani menawarkan uang dan sebidang tanah.

Haqqani menyebut para pelaku sebagai "martir dan fedayeen", atau para pejuang. "Mereka pahlawan bagi Islam dan negara," kata dia.

Associated Press melaporkan, seusai pertemuan Haqqani memberikan 112 dollar AS (Rp 1,5 juta) dan menjanjikan akan memberikan mereka lahan.

Khosty kemudian merilis foto Haqqani, yang wajahnya diburamkan, saat berada dalam aula yang penuh sesak oleh keluarga pengebom.

Pertemuan Haqqani tersebut terjadi di tengah usaha Taliban membuka kanal diplomatik dengan negara yang belum mengakui kekuasaan mereka.

Apalagi, janji kepada keluarga para pengebom jelas bertentangan dengan usaha mereka mencitrakan diri sebagai penguasa yang bertanggung jawab.

Baca juga: Taliban Izinkan Vaksinasi Polio di Afghanistan Setelah Bertahun-tahun Melarang

Di satu sisi, mereka menjanjikan keamanan dan mengecam serangan teroris yang dilakukan rival mereka, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Tetapi di sisi lain, milisi bakal memuji jika taktik serangan terhadap pasukan AS dan Afghanistan diterapkan anggotanya sendiri.

Milisi jelas tidak bisa mengesampingkan Washington, yang membekukan miliaran dollar aset negara di rekening mereka.

Organisasi moneter internasional juga menghentikan pencairan, yang setara dengan 75 persen pemerintahan sebelumnya.

Baca juga: Diplomat Veteran Utusan AS untuk Negosiasi Damai dengan Taliban Mengundurkan Diri

Situasi Taliban makin pelik karena mereka tak ingin kehilangan para pendukungnya, apalagi di tengah gempuran ISIS yang meningkat.

Komunitas internasional dilansir Newsweek Selasa (19/10/2021) sudah menegaskan, mereka baru mengakui milisi jika menerapkan beberapa syarat.

Antara lain adalah menghormati dan memberikan hak setara dengan perempuan dan gadis, maupun memastikan Afghanistan takkan jadi markas teroris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com