Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diintimidasi Taliban, Maskapai Pakistan Hentikan Operasi ke Kabul

Kompas.com - 17/10/2021, 15:03 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

KABUL, KOMPAS.com - Pakistan International Airlines menghentikan operasi ke Kabul pada Kamis (14/10/2021) setelah Taliban mengirim surat kepadanya dan Kam Air, menuntut penurunan harga tiket ke tingkat sebelum pengambilalihan pemerintah Afghanistan yang didukung Barat, menurut Reuters.

Penangguhan itu dilakukan hanya sebulan setelah maskapai itu melanjutkan penerbangan ke ibu kota Afghanistan pada 13 September.

Baca juga: Masjid Syiah Terus Jadi Target Serangan, Taliban Berjanji Tingkatkan Keamanan

Juru bicara PIA Abdullah Khan mengatakan kepada CNN bahwa keputusan untuk kembali terbang ke kota itu "diambil semata-mata atas dasar kemanusiaan, dan atas desakan kuat dari organisasi-organisasi yang bersahabat."

Menurut Reuters, harga tiket telah meroket sejak PIA kembali beroperasi di Kabul. Maskapai mengenakan biaya sebanyak 2.500 dollar AS (Rp 35 juta) untuk terbang ke ibu kota Pakistan, Islamabad.

Sebelum pengambilalihan Taliban, rute yang sama dijual seharga 120 dollar AS hingga 150 dollar AS (Rp 1,6 juta hingga Rp 2,1 juta).

Reuters melaporkan bahwa dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke PIA, kementerian transportasi Afghanistan mengancam akan menghentikan penerbangan ke Kabul, kecuali jika maskapai menyesuaikan harga mereka "sesuai dengan kondisi tiket sebelum kemenangan kelompoknya."

PIA mengatakan penguasa Taliban membuat kondisi tidak kondusif untuk maskapai bekerja.

Para komandan juga disebut "mengubah peraturan dan izin penerbangan pada saat-saat terakhir, atau memutuskan secara spontan penerbangan daripada memenuhi peraturan internasional, menurut laporan CNN.

Baca juga: Taliban Akan Umumkan Izin Sekolah Menengah bagi Anak Perempuan Afghanistan

Maskapai itu juga menuduh Taliban memotong setengah penumpang dari satu penerbangan minggu ini saat mereka check-in. Ini menyebabkan kekacauan bagi para pelancong dan menelan biaya setengah juta dolar PIA.

"Ini mengakibatkan 176 orang, yang (berniat) melarikan diri untuk (menyelamatkan) hidup mereka, dikirim kembali ke rumah oleh pejabat maskapai. Ini menyebabkan kerugian hampir setengah juta dolar AS kepada maskapai karena biaya asuransi yang lebih tinggi," kata maskapai itu.

Khan mengatakan kepada CNN bahwa mengoperasikan penerbangan ke Kabul "tidak mungkin" karena "itu masih dianggap sebagai zona perang oleh perusahaan asuransi pesawat."

Kondisi itu juga yang membebankan premi yang melonjal tinggi hingga 400.000 dollar AS per penerbangan.

Melansir Business Insideer, Khan mengatakan PIA akan meninjau kembali operasi di Kabul "jika situasi di lapangan membaik dan [menjadi] lebih kondusif untuk operasi internasional."

Bulan lalu, pemerintah baru Taliban meminta maskapai internasional untuk melanjutkan operasi di Afghanistan, menjanjikan "kerja sama penuh."

Baca juga: ISIS Klaim Dalangi Bom Bunuh Diri di Masjid Syiah Afghanistan

Namun, PIA mengatakan para komandan menunjukkan "perilaku yang sangat mengintimidasi" terhadap staf.

Maskapai tersebut mengutip satu contoh di mana seorang perwakilan dari perusahaan itu "ditodong di bawah todongan senjata selama berjam-jam ketika dia meninggalkan kompleks kedutaan Pakistan".

Insiden itu terjadi karena Taliban mengira dia "membantu dan bersekongkol" dengan para pengungsi yang mencoba melarikan diri dari Afghanistan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com