Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara Mayoritas Muslim Akan Bicara dengan Taliban, Bela Hak Perempuan dalam Islam

Kompas.com - 14/10/2021, 17:50 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

ANKARA, KOMPAS.com - Menteri luar negeri dari beberapa negara mayoritas Muslim berencana ke Kabul, untuk mendesak Taliban agar mengakui bahwa pengecualian perempuan dan anak perempuan Afghanistan dari pendidikan adalah distorsi dari keyakinan Islam.

Proposal tersebut mendapat dukungan dari diplomat barat, yang mengakui seruan mengenai nilai-nilai universal dari mereka, memiliki daya tarik yang lebih kecil pada Taliban, dibandingkan jika seruan itu datang dari para pemimpin negara-negara Islam.

Baca juga: Kepala Polisi Taliban Tewas dalam Bom Mobil di Afghanistan

Taliban telah melarang gadis-gadis pergi ke sekolah menengah sejak mereka mengambil alih kekuasaan, pada pertengahan Agustus.

Kelompok militan itu menggunakan berbagai alasan untuk melakukan diskriminasi itu, dan kadang-kadang mengeklaim larangan itu bersifat sementara.

Dua menteri luar negeri yang paling mungkin pergi ke Kabul adalah menteri luar negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, dan mitranya dari Indonesia, Retno Marsudi, bisa dibilang diplomat wanita Muslim paling senior di dunia.

Dukungan konstruktif bagi warga Afghanistan

“Kami mengikuti situasi di Afghanistan dengan cermat. Kami berencana ke Kabul bersama beberapa menteri luar negeri lainnya dalam waktu dekat ini,” kata Cavusoglu dalam konferensi pers bersama dengan Marsudi melansir Guardian.

Cavusoglu mengaku telah membicarakan rencana itu dengan Menlu Retno dalam pertemuan mereka di sela-sela Sidang Umum PBB di New York.

Beberapa menteri ramah lainnya juga “menyukai ide itu”, kata Cavusoglu, menambahkan “Kami akan merencanakan ini dalam beberapa hari mendatang.”

Kunjungan itu juga akan menjadi upaya menetapkan persyaratan untuk meningkatkan dukungan kemanusiaan bagi warga Afghanistan.

Baca juga: Perwakilan AS dan Taliban Gelar Pembicaraan, Bahas Bantuan Kemanusiaan Afghanistan

Pada konferensi khusus G20 di Afghanistan pada Selasa (12/10/2021), presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengusulkan agar kelompok kerja permanen G20 dibentuk, Misinya untuk mengatasi krisis kemanusiaan dan untuk mengarahkan Taliban ke sistem pemerintahan yang lebih inklusif.

Turki telah berjuang untuk mendapatkan pengaruh di Afghanistan selama berbulan-bulan. Tetapi proposalnya untuk mengawasi bandara internasional Kabul akhirnya gagal karena kurangnya jaminan keamanan dari Taliban.

Indonesia sebagai contoh

Indonesia adalah negara Islam terpadat di dunia, dan sebelum pengambilalihan Taliban, organisasi reformis Sunni Indonesia Nahdlatul Ulama telah membentuk jaringan yang mencakup 22 dari 34 provinsi Afghanistan.

Politisi Indonesia juga telah terlibat dalam pembicaraan rekonsiliasi dengan Taliban selama beberapa dekade terakhir, mempromosikan Islam yang lebih sentris.

Di Indonesia, Kementerian Agama, bersama dengan dua organisasi Muslim terkemuka di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan yayasan pendidikan dan sosial Muhammadiyah, telah menciptakan jaringan nasional perempuan berpendidikan madrasah.

Mengesampingkan perbedaan ideologis, kedua kelompok itu secara historis menyambut siswa perempuan ke madrasah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-805 Serangan Rusia ke Ukraina: Jika Perancis Kirim Pasukan | Mengenal Chloropicrin

Rangkuman Hari Ke-805 Serangan Rusia ke Ukraina: Jika Perancis Kirim Pasukan | Mengenal Chloropicrin

Global
Serangan Israel Tewaskan Komandan Angkatan Laut Hamas

Serangan Israel Tewaskan Komandan Angkatan Laut Hamas

Global
Hamas Tolak Berkompromi Lebih Banyak dengan Israel Terkait Gencatan Senjata

Hamas Tolak Berkompromi Lebih Banyak dengan Israel Terkait Gencatan Senjata

Global
Israel Serang Rafah: Jalanan Sepi, Warga Ketakutan

Israel Serang Rafah: Jalanan Sepi, Warga Ketakutan

Global
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam Dibubarkan Polisi

Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam Dibubarkan Polisi

Global
Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Global
AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com