Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nakes Filipina Gelar Protes Tuding Pemerintah Abai di Tengah Lonjakan Varian Delta

Kompas.com - 02/09/2021, 17:15 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

MANILA, KOMPAS.com - Puluhan tenaga kesehatan (nakes) Filipina menggelar protes di ibu kota Filipina untuk menuntut diakhirinya apa yang mereka sebut sebagai pengabaian pemerintah, karena tunjangan nakes Filipina yang tak kunjung dibayar.

Unjuk rasa itu berlangsung ketika kasus varian Delta terus melonjak, dan memberikan lebih banyak tekanan pada rumah sakit Filipina.

Baca juga: Maju sebagai Cawapres Filipina, Duterte Dituding Takut kena Kasus Kriminal

Para pengunjuk rasa yang mengenakan pakaian pelindung medis berkumpul pada Rabu (1/9/2021) di Departemen Kesehatan Filipina (DOH). Mereka memegang plakat yang isinya menuntut tunjangan risiko, pembayaran bahaya, dan pengunduran diri Menteri Kesehatan Filipina Francisco Duque.

Covid-19 Filipina melewati angka dua juta dalam kasus virus corona pada Rabu (1/9/2021), hampir seperempatnya tercatat hanya pada Agustus dan membuat staf medis kewalahan.

Pada hari yang sama tercatat 103 kematian baru dilaporkan, menambah lebih dari 33.000 kematian akibat Covid-19.

“Sangat menyedihkan bahwa banyak dari kita meninggal, banyak dari kita menjadi sakit, dan banyak yang mengundurkan diri atau memilih untuk pensiun dini, namun kita masih berlutut di hadapan DOH untuk memberi kita tunjangan kita,” Robert Mendoza, presiden Alliance of Tenaga Kesehatan, kata dari belakang mobil pick up melanjir Al Jazeera.

Pada Selasa (31/8/2021), perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di negara itu mengumumkan varian Delta sekarang menjadi kasus dominan di Filipina.

"Tentu dengan jumlah (infeksi) seperti ini, kami berada dalam transmisi komunitas varian Delta,” kata Dr Rabindra Abeyasinghe dalam briefing media.

Baca juga: Ingin Berkuasa Lagi, Duterte Rela Turun Jabatan Jadi Kandidat Wakil Presiden Filipina 2022

Terlepas dari lonjakan yang memecahkan rekor dalam beberapa hari terakhir, Presiden Filipina Rodrigo Duterte membela tanggapan pandemi pemerintahannya.

Dia memberi kementerian kesehatan dan anggaran selama 10 sejak dari 21 Agustus untuk membayar pekerja kesehatan, menyusul ancaman perawat untuk mengundurkan diri dan peringatan pemogokan serikat pekerja.

Tetapi lebih dari 100.000 nakes Filipina melaporkan masih belum menerima tunjangan mereka.

“Pemerintah berjanji akan memberikan tunjangan hari ini tetapi sampai sekarang belum. Saya kasihan pada kami karena kami yang memohon,” kata perawat Nico Oba.

Duterte juga mendukung Menteri Kesehatan Filipina Duque, meski ada seruan berulang kali untuk pengunduran dirinya. Desakan terbaru datang setelah auditor negara menandai "kekurangan" lebih dari 1 miliar dollar AS (Rp 14,2 triliun) dalam pengeluaran Covid-19 Filipina.

Petugas kesehatan dari Rumah Sakit Umum Filipina yang dikelola pemerintah memegang plakat ketika mereka meminta pemerintah untuk melepaskan tunjangan risiko mereka di tengah meningkatnya infeksi virus corona Covid-19, di Manila pada 26 Agustus 2021. AFP PHOTO/TED ALJIBE Petugas kesehatan dari Rumah Sakit Umum Filipina yang dikelola pemerintah memegang plakat ketika mereka meminta pemerintah untuk melepaskan tunjangan risiko mereka di tengah meningkatnya infeksi virus corona Covid-19, di Manila pada 26 Agustus 2021.

Baca juga: Filipina Setujui Penggunaan Vaksin Sputnik Light Buatan Rusia

Lebih banyak waktu

Duque pada Rabu (1/9/2021) mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa pemerintah Filipina sedang mengerjakan pelepasan pembayaran tersebut, tetapi meminta lebih banyak waktu.

Asosiasi Perawat Filipina mengadakan protesnya sendiri secara virtual untuk menuntut kondisi kerja yang lebih baik.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com