Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Afrika Selatan Identifikasi Varian Covid-19 Baru yang Paling Banyak Bermutasi dan Bisa Hindari Vaksin

Kompas.com - 30/08/2021, 14:39 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

PRETORIA, KOMPAS.com - Varian Covid-19 terbaru yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan bisa lebih menular daripada mutasi lain, dan berpotensi menghindari efek vaksin, menurut para ilmuwan.

Strain C.1.2, yang terkait dengan 'peningkatan penularan', lebih banyak bermutasi dari virus asli yang terlihat di Wuhan, menurut para ahli di Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afrika Selatan dan Platform Inovasi dan Sekuensing Penelitian KwaZulu-Natal.

Baca juga: Singapura Bersiap Buka Perbatasan Setelah 80 Persen Penduduk Divaksin Covid-19 Penuh

Virus ini pertama kali diidentifikasi oleh para ilmuwan di Afrika Selatan pada Mei.

Sejak itu, varian Covid-19 ini ditemukan di Inggris, China, Republik Demokratik Kongo, Mauritius, Selandia Baru, Portugal, dan Swiss.

Dalam studi mereka, para ilmuwan menemukan strain, yang diturunkan dari strain C.1 yang pertama kali terlihat di tengah gelombang pertama pandemi, memiliki tingkat mutasi sekitar 41,8 mutasi per tahun.

Tingkat mutasi itu hampir dua kali lipat tingkat mutasi global, yang terlihat dalam Variant of Concern (VOC), yang paling menjadi perhatian sejauh ini.

Selama studi mereka, para peneliti menemukan peningkatan bulanan dalam jumlah genom C.1.2 di Afrika Selatan.

Ditemukan bahwa ada peningkatan dari 0,2 persen pada Mei menjadi 1,6 persen jumlah genom pada Juni dan 2,0 persen pada Juli.

Periode singkat peningkatan jumlah genom secara konsisten juga terlihat pada varian Alpha, Beta, dan Gamma.

Para ilmuwan juga menemukan 14 mutasi pada hampir 50 persen varian yang memiliki urutan C.1.2.

Baca juga: Jepang Terus Selidiki Vaksin Covid-19 yang Diduga Terkontaminasi

Sementara. penelitian lebih lanjut diperlukan 'untuk menentukan dampak fungsional dari mutasi ini'.

Para ilmuwan memperingatkan varian Covid-19 terbaru, yang telah 'bermutasi secara substansial', dapat membantu virus menghindari antibodi dan respons imun.

Menurut laporannya, penelitian menggambarkan dan mengkarakterisasi garis kekerabatan SARS-CoV-2 yang baru diidentifikasi dengan beberapa mutasi lonjakan, yang kemungkinan muncul di wilayah metropolitan utama di Afrika Selatan setelah gelombang pertama epidemi, dan kemudian menyebar ke beberapa lokasi dalam dua provinsi tetangga.

“Kami melihat garis keturunan ini berkembang pesat dan menjadi dominan di tiga provinsi, pada saat yang sama terjadi kebangkitan infeksi yang cepat,” tulis para ilmuwan dalam laporan yang diterbitkan di jurnal Nature, melansir Daily Mail pada Minggu (30/8/2021).

“Meskipun impor penuh dari mutasi belum jelas, data genomik dan epidemiologis menunjukkan bahwa varian ini memiliki keunggulan selektif, mulai dari peningkatan penularan, pelepasan kekebalan atau keduanya.

Para peneliti menyatakan data ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk memfokuskan kembali respons kesehatan masyarakat di Afrika Selatan.

Terutama untuk mendorong tanggapan ke tingkat yang lebih jauh. Yakni tidak hanya untuk mengurangi rawat inap dan kematian, tetapi juga untuk membatasi penyebaran varian dan turunan atau evolusi virus lebih lanjut.

Baca juga: Gelombang Baru Covid-19 Diprediksi Datang Lagi, India Vaksinasi 10 Juta Orang dalam Sehari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com