Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Terus Selidiki Vaksin Covid-19 yang Diduga Terkontaminasi

Kompas.com - 29/08/2021, 17:54 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

TOKYO, KOMPAS.com - Dua pria di Jepang meninggal bulan ini beberapa hari setelah menerima dosis vaksin Moderna yang berpotensi terkontaminasi.

Meski begitu, para pejabat di sana mengatakan pada Sabtu (28/8/2021) bahwa terlalu dini untuk menarik kesimpulan pasti tentang hal ini.

Dilansir Reuters, Kementerian Kesehatan Jepang mengumumkan Sabtu bahwa kedua orang tersebut, yang berusia 30-an, meninggal beberapa hari setelah menerima dosis kedua vaksin Moderna.

Baca juga: Biden Pertimbangkan Suntik Booster Vaksin Covid-19 5 Bulan Sekali

Pejabat kesehatan mengatakan bahwa masing-masing pria melaporkan mengalami demam sehari setelah menerima dosis kedua.

Keduanya meninggal dua hari setelah turun demam.

Sementara pejabat kesehatan mengatakan kepada wartawan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa suntikan yang diterima orang-orang itu terkontaminasi.

Vaksin ini memang sempat di ditangguhkan Jepang pada Kamis (26/8/2021) karena laporan kontaminan dalam botol.

Penangguhan termasuk total sekitar 1,63 juta dosis vaksin Moderna.

Baca juga: Pria Ini Terima 5 Dosis dari 3 Vaksin Covid-19 Berbeda

Baik pejabat Moderna dan Jepang mengatakan pada saat itu bahwa keputusan itu bersifat pencegahan.

Mereka mencatat bahwa tidak ada masalah yang terkait dengan dosisnya.

Moderna dan Takeda Pharmaceutical Co, yang mendistribusikan suntikan di Jepang, mengatakan dalam siaran persnya bahwa kematian kedua pria tersebut adalah "peristiwa tragis".

"Hilangnya nyawa adalah sesuatu yang kami anggap sangat serius," ujarnya.

"Namun, perusahaan mencatat bahwa mereka "tidak memiliki bukti bahwa kematian ini disebabkan vaksin Moderna Covid-19, dan penting untuk melakukan penyelidikan formal untuk menentukan apakah ada hubungannya," tambahnya.

Baca juga: CDC: Orang Tanpa Vaksin Berisiko 29 Kali Dirawat di RS karena Covid-19

Moderna dan Takeda mengatakan mereka bekerja dengan Kementerian Kesehatan serta Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang untuk menyelidiki kematian.

"Penyelidikan sedang dilakukan dengan rasa urgensi terbesar, transparansi, dan integritas dan merupakan prioritas tertinggi."

"Takeda dan Moderna akan terus memberi informasi kepada publik saat kami mempelajari lebih lanjut," tambah mereka.

Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan pada hari Kamis bahwa dosis, yang dilaporkan memiliki zat asing yang tidak diketahui dalam botol, telah dikirim ke lebih dari 800 situs vaksinasi di seluruh negeri.

Departemen meminta pusat perawatan kesehatan dan tempat distribusi vaksin lain yang menerima lot yang berpotensi terkontaminasi untuk tidak menggunakannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com