Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Segera Uji Coba Senjata Nuklir Hipersonik Terbaru, Tanda Peringatan untuk NATO

Kompas.com - 08/08/2021, 20:05 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber The Sun

MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia segera uji coba tahap akhir senjata nuklir hipersonik barunya sebagai sinyal peringatan kepada NATO yang dianggap "memprovokasi konflik" karena melakukan latihan perang di Laut Hitam.

Peringatan Rusia kepada NATO digambarkan saat Moskwa mengumumkan rencana uji coba akhir senjata nuklir hipersonik terbaru yang memiliki kecepatan 15.880 mph.

Senjata nuklir hipersonik baru Rusia itu digadang tidak dapat dihindari oleh perisai pertahanan militer AS dan dapat menghancurkan area seluas Inggris dan Wales atau Texas.

Baca juga: Rusia Sebut NATO Sengaja Provokasi Konflik di Laut Hitam

Rusia telah mengkonfirmasi pada Jumat (6/8/2021) bahwa uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua yang berbobot 208 ton, akan segera dimulai, sebelum akhir 2021.

Senjata nuklir hipersonik baru milik Rusia itu adalah generasi kelima dari rudal balistik antarbenua dengan propelan cair berbasis silo, yang disebut RS-28 Sarmat, tetapi dijuluki di Barat sebagai Satan-2.

Melansir The Sun pada Jumat (6/8/2021), pengumuman mengejutkan dari Rusia itu keluar beberapa hari setelah diketahui bahwa ada lebih dari 2.000 pasukan dan 30 kapal, termasuk dari Inggris, ambil bagian dalam latihan NATO Breeze 2021 di Laut Hitam.

Baca juga: Konflik Afghanistan Makin Parah, Rusia Tingkatkan Pasokan Senjata ke Asia Tengah

Senjata 15.880 mph itu akan menjadi senjata mematikan terbesar dalam persenjataan nuklir modern Vladimir Putin. Jika uji coba berhasil, rudal balistik antarbenua itu akan membantu memperkuat pertahanan Rusia paling cepat pada 2022.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan, "Tes penerbangan (akan dimulai) tahun ini dan harus selesai pada 2022."

“Pada tahun 2022, batch pertama harus memasuki layanan dengan pasukan rudal strategis,” ucap Shoigu.

Baca juga: 24 Diplomat Rusia Diminta Hengkang dari AS, Ini Alasannya

Saling tuduh

Sejak pencaplokan Krimea secara ilegal dan tidak sah oleh Rusia, NATO telah meningkatkan operasisnya di Laut Hitam.

Kapal-kapal NATO secara rutin beroperasi di Laut Hitam, sesuai dengan hukum internasional, biasanya berpatroli di peraira selama sekitar dua pertiga tahun.

Yuri Pilipson, direktur Departemen Eropa Keempat Kementerian Rusia, mengatakan kepada Ria Novosti pada Kamis (5/8/2021) bahwa Laut Hitam saat ini sudah tidak kondusif.

"Sayangnya, kita harus mengakui bahwa Laut Hitam berubah dari wilayah damai dan bertetangga baik menjadi zona konfrontasi militer yang berbahaya," ujar Pilipson.

Baca juga: Gertak Rusia dan China, AS Gelar Latihan Militer Terbesar dalam 40 Tahun

"Sangat jelas bahwa 'pelatihan' semacam ini memprovokasi, bukannya mencegah situasi konflik," ucapnya.

“Kami telah berulang kali memperingatkan bahwa eskalasi konflik militer-politik langsung di perbatasan kami akan membawa serta tuduhan konfrontatif,” ungkapnya.

Kapal selam nuklir hipersonik Rusia menjalankan misi "penetrasi dalam" hingga lebih dari 500 meter di Samudra Atlantik.

Pada 2 Agustus, The Sun Online melaporkan bahwa Rusia menuduh AS sebagai ancaman "sangat berbahaya", karena menggunakan kekuatan melawan pesawat perang Moskwa di atas Laut Hitam.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko berucap setelah seorang laksamana tinggi Amerika mengatakan bahwa komentar Moskwa "memancing kita untuk menembak terlebih dahulu".

Ada perang kata-kata yang berkelanjutan antara Rusia dan Barat, dengan kekhawatiran bahwa konflik besar di masa depan dapat berlanjut di luar angkasa.

Baca juga: China-Rusia Gelar Latihan Militer Skala Besar, 10.000 Tentara Terlibat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com