Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Malaysia Tidak Akan Mengundurkan Diri, tapi...

Kompas.com - 04/08/2021, 15:14 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

PUTRAJAYA, KOMPAS.com - Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin menegaskan, dia tidak akan mengundurkan diri meski banyak kalangan mendesaknya.

Hanya saja, dia menyatakan bakal menghadapi mosi tidak percaya ketika parlemen kembali bersidang pada September.

Tensi politik "Negeri Jiran" meningkat setelah Yang di-Pertuan Agong Sulan Abdullah menegur pemerintahan Muhyiddin.

Baca juga: UMNO Tarik Dukungan, PM Malaysia Kehilangan Suara Mayoritas

Penyebabnya adalah pada akhir Juli lalu, salah satu menteri Muhyiddin mencabut status darurat tanpa berkonsultasi dengan parlemen.

Raja Malaysia menganggap pemerintahan Muhyiddin tidak memberi tahu parlemen, dengan protes anti-pemerintah digelar akhir pekan kemarin.

Situasi makin pelik setelah pada Selasa (3/8/2021), Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) mengumumkan pencabutan dukungan.

Mundurnya UMNO, partai terbesar di koalisi Perikatan Nasional Muhyiddin, membuat Muhyiddin kehilangan status mayoritas.

Muhyiddin Yassin merespons dengan melakukan pertemuan bersama sejumlah penasihat pentingnya, sebelum melawat ke Istana Negara.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Muhyiddin menerangkan dia memberikan penjelasan kepada Raja Malaysia asal Pahang tersebut.

Baca juga: Mahathir Gabung Anwar Ibrahim Tuntut Muhyiddin Lengser dari Kursi PM Malaysia

"Kepada Agong, saya menginformasikan saya mendapat surat deklarasi bahwa saya mendapat dukungan mayoritas," ujar dia.

"Karena itu desakan agar saya mengundurkan diri sesuai konstitusi, tidak terjadi," tegasnya dilansir AFP Rabu (4/8/2021).

Meski begitu, PM Malaysia sejak Maret 2020 tersebut bakal menghadapi mosi tidak percaya, dengan raja menyetujui proposalnya.

Muhyiddin naik ke kekuasaan dalam skandal politik yang mengguncang aliansi berkuasa saat itu, Pakatan Harapan.

Baca juga: Anwar Ibrahim Ajukan Mosi Tak Percaya kepada PM Malaysia Muhyiddin Yassin

Setelah berkuasa, Muhyiddin sering dikritik karena dianggap tidak becus menangani pandemi virus corona.

Pada Selasa, Malaysia melaporkan 17.105 kasus Covid-19 baru, dengan total infeksi mencapai 1.163.291, sementara korban meninggal mencapai 9.500.

Sebenarnya bulan lalu, parlemen kembali bersidang namun pertemuan terakhir pada Senin (2/8/2021) harus dibatalkan.

Saat itu, pemerintah menyatakan mereka menemukan adanya kasus Covid-19 di parlemen. Namun oposisi menuding Muhyiddin hanya berusaha menghindari mosi.

Baca juga: Makin Terjepit, PM Malaysia Didesak Mundur oleh Sekutu dan Raja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com