Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

An San, Pemanah Korea Selatan di Olimpiade Tokyo, Berjuang Lawan Seksisme Negaranya Sendiri

Kompas.com - 01/08/2021, 14:22 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

TOKYO, KOMPAS.com - Dengan usia yang genap berusia 20 tahun pada Februari lalu, An San sudah mencatatkan sejumlah rekor fenomenal.

Atlet panahan Korea Selatan ini tidak hanya membantu negaranya meraih tiga emas dalam gelaran Olimpiade Tokyo, dari nomor beregu campuran, beregu putri, dan individu.

An tidak saja menjadi perempuan pertama Korea Selatan yang meraih lebih dari dua medali dalam satu event di Olimpiade Musim Panas.

Baca juga: Atlet Panahan Korea Selatan Ini Dibully karena Rambut, padahal Sumbang 3 Emas di Olimpiade Tokyo

Dia juga menjadi perempuan pertama sejak 1904, yang meraih tiga emas dalam cabang olahraga panahan di Olimpiade.

Selain itu, dia juga mencatatkan rekor lain, ketika membukukan sskor 680 dalam babak kualifikasi individu.

An San menumbangkan rekor 673 milik pemanah Ukraina, Lina Herasymoneko, yang dicatatkan dalam Olimpiade Atlanta 1996 silam.

Sebuah pencapaian dahsyat untuk atlet belia yang baru pertama mencatatkan namanya dalam multievent sekelas Olimpiade.

Dengan prestasi yang sedemikian hebat itu, An harus menghadapi seksisme yang justru dilakukan netizen negaranya sendiri.

Dia mendapat hinaan dari sekelompok warganet pria di Korea Selatan, yang mengomentari potongan rambut pendeknya.

Baca juga: Atlet China Ini Dihujat Netizen Negaranya setelah Gagal di Olimpiade Tokyo

An dituding sebagai feminis. Bahkan, dia dituntut meminta maaf dan mengembalikan medali emas Olimpiade Tokyo.

Tetapi, dia menghadapi hujatan tersebut dengan tenang. Dia mengaku berusaha tidak peduli dan fokus kepada pertandingannya.

Salah satu bukti ketenangannya adalah ketika denyut jantung An dipaparkan dalam final nomor individu putri Jumat (30//2021).

Saat itu, denyut An mencapai 119 beats per minute (bpm). Lawannya, pemanah Rusia Osipova menorehkan 167 bpm.

Meski begitu, dia mengakui. "Ketika semua ini berakhir, saya merasa jantung saya bakal meledak," akunya.

Baca juga: Atlet Anggar Harus Pakai Kursi Roda Setelah Bantu Rusia Menangkan Emas Olimpiade Tokyo

"Khusus laki-laki"

Dilansir AFP Minggu (1/7/2021), perjalanan An menjadi pemanah handal "Negeri Ginseng" jauh dari kata mudah.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com