Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi, Taliban Rebut Wilayah Perbatasan Penting di Afghanistan

Kompas.com - 15/07/2021, 06:14 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

KABUL, KOMPAS.com – Taliban menduduki penyeberangan Spin Boldak yang strategis di wilayah perbatasan Afghanistan-Pakistan pada Rabu (14/7/2021).

Kelompok pemberontak tersebut lagi-lagi mengontrol daerah penting setelah pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Di sisi lain, Kementerian Dalam Negeri Afghanistan membantah klaim yang menyebutkan Taliban menduduki penyeberangan tersebut.

Baca juga: Para Ayah di Afghanistan Takut Putri Mereka Akan Dipaksa Jadi Budak Taliban Setelah Berkuasa

Padahal di media sosial, foto-foto milisi Taliban yang sedang bersantai di Spin Boldak beredar luas sebagaimana dilansir AFP.

Sejumlah warga juga mengatakan kepada AFP bahwa penyeberangan perbatasan tersebut sudah jatuh ke tangan Taliban.

Perebutan penyeberangan perbatasan terjadi beberapa hari setelah pertempuran sengit di provinsi Kandahar.

Di sana pemerintah terpaksa mengerahkan pasukan khusus untuk mencegah jatuhnya ibu kota provinsi bahkan ketika para pemberontak beringsut lebih dekat untuk menduduki perbatasan.

Baca juga: Taliban Makin Kuat, Afghanistan Siap-siap Minta Bantuan Militer India

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid meyakinkan para pedagang dan penduduk di sana bahwa "keamanan mereka terjamin".

Spin Boldak adalah penyeberangan perbatasan penting terbaru yang berhasil diduduki oleh Taliban.

Wilayah-wilayah ini bisa digunakan untuk memotong pendapatan pemerintah Kabul dan mengalihkan pundi-pundi uang ke dalam kantong Taliban.

Saat pemerintah Afghanistan semakin kewalahan, mantan presiden AS George W Bush mengecam keputusan Presiden AS Joe Biden yang menarik semua pasukan dari sana.

Baca juga: Tak Ingin Bertempur di Kota, Taliban Minta Warga Afghanistan Menyerah

"Saya khawatir wanita dan gadis Afghanistan akan menderita kerugian yang tak terkira,” kata Bush kepada Deutsche Welle.

“Mereka akan ditinggalkan untuk dibantai oleh orang-orang yang sangat brutal ini dan itu menghancurkan hati saya," sambung Bush.

Ketika ditanya apakah menurutnya penarikan pasukan AS sebuah kesalahan, Bush menjawab, "ya, saya pikir begitu."

Saat Bush menjabat sebagai Presiden AS, di eranya lah Washington melancarkan invasi ke Afghanistan pada 2001.

Baca juga: Taliban Eksekusi 22 Pasukan Komando Afghanistan meski Sudah Nyatakan Menyerah

Invasi tersebut merupakan balasan atas serangan 11 September 2001 di tanah AS oleh milisi Al-Qaeda.

Pengerahan pasukan AS ke Afghanistan dimaksudkan untuk menggulingkan Taliban yang dianggap menyembunyikan Al-Qaeda.

Bersama dengan penasihat keamanan utamanya, Bush disalahkan atas serangkaian kesalahan penghitungan di Afghanistan yang menelan banyak biaya dan justru memicu kebangkitan Taliban.

Baca juga: Taliban Perburuk Krisis, Afghanistan Desak Eropa Berhenti Deportasi Paksa Warganya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com