PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.com - Genap satu minggu pembunuhan Presiden Haiti, proses penyelidikan kini menemukan dugaan bahwa perencanaan serangan terjadi selama beberapa bulan di beberapa negara dan melibatkan mantan perwira militer yang sangat berpengalaman.
Namun, tersangka utama dalam kasus ini tampaknya tidak siap dengan pengejaran sengit yang dilakukan oleh pasukan keamanan Haiti.
Berikut detail peristiwa hingga fakta terbaru temuan penyelidikan terkait para pembunuh Jovenel Moise, pengekspor pisang yang berubah menjadi politisi yang tewas di kamar tidur kediaman pribadinya di distrik Port-au-Prince dini hari Rabu lalu (9/7/2021).
Baca juga: Informan Penegak Hukum AS Terkait dalam Plot Pembunuhan Presiden Haiti
Rekaman media sosial dari malam pembunuhan Moise menunjukkan orang-orang tak dikenal menembak ke udara dan berteriak dalam bahasa Inggris, "Operasi DEA! Semuanya mundur!" saat mereka berbaris di jalan dekat rumah kepresidenan.
Pasukan keamanan Haiti yang mengetahui serangan itu bergegas ke kediaman presiden tidak lama setelah itu. Tapi mereka terlambat.
Mayat Presiden Haiti Jovenel Moise, ditemukan penuh dengan lubang peluru, menurut seorang pejabat lokal yang ditugaskan untuk mendokumentasikan TKP.
Moise diketahui juga menderita patah kaki dan luka wajah yang serius. Beberapa pejabat pemerintah menggambarkan luka-luka itu kepada CNN sebagai tanda-tanda penyiksaan.
Istri Moise, Martine, terluka. Dia dirawat di rumah sakit Miami.
"Dalam sekejap mata, tentara bayaran masuk ke rumah saya dan membunuh suami saya," kata ibu negara Haiti dalam rekaman audio yang dirilis akhir pekan lalu.
Namun terlepas dari banyaknya lubang peluru yang didokumentasikan di dalam rumah Presiden, tidak ada satu pun anggota keamanan Presiden atau staf perumahan yang terluka, menurut pihak berwenang.
Apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumah presiden dan siapa yang mendalangi serangan itu tetap menjadi pertanyaan kunci yang belum terpecahkan dalam investigasi yang melibatkan agen senior dari Amerika Serikat dan Kolombia, bersama otoritas lokal.
Pejabat tinggi asing, termasuk anggota Dewan Keamanan Nasional AS dan kepala intelijen nasional Kolombia, telah mengunjungi Haiti setelah kematian Moise.
Di negara yang terpecah belah karena arah politiknya, kegelisahan atas misteri seputar pembunuhan presiden telah menjadi sentimen pemersatu yang langka.
Tidak seorang pun, baik anggota kabinet presiden yang telah meninggal, pengkritiknya yang paling blak-blakan, atau penduduk biasa ibu kota Port-au-Prince, yang puas dengan penjelasan terbatas yang tersedia sejauh ini.
Baca juga: Rekan Eks Tentara Kolombia Buka Suara Terkait Pembunuhan Presiden Haiti, Sebut Ada Konspirasi
Laporan eksklusif CNN mengungkap bagaimana pasukan keamanan Haiti pertama kali menanggapi pembunuhan itu.
Sebuah sumber yang mengetahui operasi tersebut mengatakan ada pengepungan berdarah dan pengejaran selama beberapa hari di seluruh lingkungan kediaman Presiden di Port-au-Prince.
Penyisiran dilakukan termasuk ke wilayah yang miskin di sebelahnya, sebuah etalase pinggir jalan yang kosong, dan Kedutaan Besar Taiwan.
Menurut sumber yang mengetahui operasi tersebut, aparat yang tiba di tempat kejadian pada dini hari yang gelap awalnya hanya mengamati konvoi lima mobil yang mencurigakan di dekat rumah Presiden.
Khawatir bahwa Moise atau orang lain mungkin disandera, mereka menghindari konfrontasi dan membiarkan konvoi pergi. Tapi petugas sudah memasang jebakan di jalan.
Di tikungan tajam di Route de Kenscoff, jalan utama menuju pusat kota, konvoi tiba-tiba menghadapi blokade polisi, di mana ratusan personel keamanan telah dikerahkan dalam kegelapan.
Tidak dapat memutar mobil mereka di jalan sempit antara jurang berdinding dan lereng bukit hijau yang curam, penumpang konvoi melarikan diri, meninggalkan senjata api di dalam kendaraan mereka.
Putus asa mencari perlindungan, beberapa melompat ke dalam saluran drainase pinggir jalan yang dalam. Sementara yang lain menyebar ke bangunan di sekitarnya dengan berjalan kaki, menurut sumber itu.
Mayoritas menemukan tempat berlindung di etalase dua lantai yang kosong.
Baca juga: Aktivis Haiti Tolak Desakan AS untuk Gelar Pemilu di Tengah Krisis Kepemimpinan