Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laporan Setebal 128 Halaman Ungkap Fakta Terbaru Kerusuhan di Gedung Capitol

Kompas.com - 09/06/2021, 11:25 WIB
Tito Hilmawan Reditya,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber NY Times

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sekelompok senator bipartisan pada Selasa (8/6/2021), merilis temuan yang menunjukkan kesalahan pemerintah, militer, dan penegak hukum selama kerusuhan 6 Januari lalu di Gedung Capitol, Washington DC.

Dilansir NY Times, laporan setebal 128 halaman yang merinci penyelidikan terhadap kerusuhan, menunjukkan lengahnya badan intelijen AS.

Di samping itu, kurangnya pelatihan dan persiapan, dinilai membuat petugas dari Kepolisian Capitol kewalahan saat terjadi kerumunan.

Baca juga: Kronologi Serangan Gedung Capitol, Tersangka Tabrak Polisi dan Hantam Barikade

Laporan juga menjelaskan bagaimana Garda Nasional tertunda selama berjam-jam karena pejabat di berbagai lembaga terikat birokrasi.

Bahkan, beberapa pihak juga disebut kurang cermat karena tidak bisa memprediksi aksi amukan massal di Capitol, meski para peserta sudah merencanakannya secara terbuka di internet.

Baca juga: Tersangka Penyerangan Gedung Capitol adalah Lone Wolf, Mengaku Pengikut Nation of Islam

"Unit intelijen polisi tahu tentang posting media sosial yang menyerukan kekerasan di Capitol pada 6 Januari lalu, termasuk rencana untuk menerobos Capitol, berbagi peta sistem terowongan kompleks Capitol secara online, dan ancaman kekerasan spesifik lainnya,” tulis laporan itu.

"Tapi para agen tidak memberi tahu pimpinan dengan benar tentang semua yang mereka temukan."

Baca juga: Daftar Serangan Gedung Capitol AS Selama 50 Tahun Terakhir

Selama serangan itu, tulis laporan itu, polisi Capitol dianggap gagal. Intelijen dan perencanaannya buruk, peralatan serba salah, dan yang paling penting, kurangnya kepemimpinan.

Sistem komando pasukan dinilai "rusak selama serangan" karena meninggalkan petugas di garis depan tanpa perintah.

Tak ada komandan insiden fungsional, dan beberapa perwira senior malah ikut bertempur, bukannya memberi perintah.

Baca juga: Buntut Kerusuhan di Gedung Capitol, Facebook Tangguhkan Akun Trump 2 Tahun

Insiden di Capitol terjadi 6 Januari lalu, saat Kongres AS akhirnya mengesahkan kemenangan Joe Biden menjadi Presiden AS, mengalahkan rivalnya, Donald Trump.

Pendukung Trump yang marah langsung menyerbu Capitol, menerobos masuk ke gedung parlemen yang biasanya dijaga sangat ketat.

Para anggota senat sampai harus dievakuasi satuan pengaman khusus. Sementara para pemrotes berusaha mencegah pengesahan pemilihan Biden.

Dalam insiden ini, lima orang dilaporkan tewas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com