Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KISAH MISTERI: Periode Gelap Pembantaian Rasial Tulsa di Amerika Serikat

Kompas.com - 28/05/2021, 00:40 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

KOMPAS.com - Selama 18 jam dari 31 Mei hingga 1 Juni 1921, serangan dilakukan oleh massa kulit putih kepada penduduk, rumah, dan bisnis di lingkungan yang didominasi orang kulit hitan Tulsa di Greenwood, Oklahoma.

Periode mencekam itu kemudian dikenal sebagai Pembantaian Rasial Tulsa, salah satu insiden kekerasan rasial terburuk dalam sejarah Amerika Serikat (AS).

Namun hingga 100 tahun peringatannya tahun ini, apa yang terjadi dalam periode 18 jam itu masih gelap. Peristiwa ini masih menjadi salah satu insiden yang paling tidak diketahui di AS.

Pemberitaan sebagian besar ditutup, terlepas dari kenyataan bahwa ratusan orang terbunuh dan ribuan kehilangan tempat tinggal. Tapi negara hanya mengakui puluhan yang terbilang hilang.

Baca juga: KISAH MISTERI: Catatan Narapidana dari Neraka Holocaust di Kamp Auschwitz

Black Wall Street

Ketegangan rasial melonjak di sebagian besar negara dunia, bahkan beberapa tahun pasca Perang Dunia I.

Salah satunya termasuk kebangkitan kelompok supremasi kulit putih Ku Klux Klan (KKK). Banyak hukuman gantung dan tindakan kekerasan bermotif rasial lainnya terjadi.

Orang Afrika-Amerika pun berupaya untuk mencegah serangan semacam itu terhadap komunitas mereka.

Pada 1921, didorong oleh uang dari ladang minyak, Tulsa menjadi kota yang berkembang dan makmur dengan populasi lebih dari 100.000 orang.

Ironisnya tingkat kejahatan di wilayah tersebut tinggi. Bahkan ketika itu, mencari “keadilan” dengan main hakim sendiri dalam segala jenis masalah bukanlah hal yang aneh.

Tulsa juga merupakan kota yang sangat terkotak-kotak. Sebagian besar dari 10.000 penduduk kulit hitam di kota itu tinggal di lingkungan yang disebut Greenwood.

Wilayah itu mencakup kawasan bisnis yang berkembang dan terkadang disebut sebagai “Black Wall Street.”

Didirikan pada 1906, Greenwood dikembangkan di teritori Indian, wilayah yang luas di mana suku-suku asli Amerika terpaksa pindah.

Beberapa orang Afrika-Amerika yang pernah menjadi budak suku, dan kemudian berintegrasi ke dalam komunitas kesukuan, memperoleh tanah yang dialokasikan di Greenwood melalui Undang-Undang Dawes.

Undang-undang AS itu memberikan tanah kepada individu Pribumi Amerika.

Dan banyak petani kulit hitam yang melarikan diri dari penindasan rasial pindah ke wilayah tersebut juga, untuk mencari kehidupan yang lebih baik pasca-Perang Saudara.

Jumlah kota kulit hitam terbesar setelah Perang Saudara terletak di Oklahoma. Antara 1865 dan 1920, orang Afrika-Amerika mendirikan lebih dari 50 kota kecil kulit hitam.

Baca juga: Kisah Diskriminasi Rasial yang Dilupakan dari Tragedi Titanic, 6 Orang China Selamat Diusir

Pemicu pembantaian

Pada 30 Mei 1921, seorang remaja kulit hitam muda bernama Dick Rowland memasuki lift di Gedung Drexel, sebuah gedung perkantoran di South Main Street.

Di beberapa lantai setelah itu, operator elevator kulit putih muda, Sarah Page, menjerit. Rowland melarikan diri dari tempat kejadian.

Polisi dipanggil, dan keesokan paginya mereka menangkap Rowland. Pada saat itu, rumor tentang apa yang terjadi di lift itu, telah beredar di komunitas kulit putih kota.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Global
Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Internasional
Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Global
Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Global
Taiwan Minta Dukungan Indonesia di Tengah Latihan Militer China

Taiwan Minta Dukungan Indonesia di Tengah Latihan Militer China

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com