Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biden Pertimbangkan Cabut Hak Trump Dapat Informasi Rahasia Negara

Kompas.com - 04/02/2021, 22:41 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Daily Mail

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Joe Biden disebut memertimbangkan untuk mencabut hak pendahulunya, Donald Trump, mendapatkan informasi rahasia negara.

Kabar itu muncul setelah si mantan presiden dianggap bertanggung jawab dalam kerusuhan di Gedung Capitol, 6 Januari lalu.

Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki menyinggung isu yang juga sempat dibahas saat masa transisi, mengaku mereka tengah memertimbangkannya.

Baca juga: Menhan AS Singkirkan Ratusan Loyalis Trump di Kementerian Pertahanan

"Ini sebenarnya adalah pertanyaan yang bagus. Isu ini jelas dalam tinjauan kami," papar Psaki pada Senin (1/2/2021).

Peninjauan itu terjadi setelah kritikus Trump menuntut agar si mantan presiden dilepaskan dari beberapa keistimewaan, bahkan setelah dia tak lagi menjabat.

Secara tradisi, mantan Presiden AS masih mendapatkan informasi rahasia negara. Meski tidak mencapai level tertinggi.

Di kasus Trump, pengarahan itu bakal diberikan kepada presiden yang tidak menghadiri inaugurasi Biden pada 20 Januari.

Selain itu selama berbulan-bulan, mantan presiden berusia 74 tahun itu masih bersikukuh bahwa dia memenangkan Pemilu AS 2020.

Sejak lengser dari Gedung Putih, si mantan presiden punya staf kecil yang ditempatkan di kediamannya di Mar-a-Lago.

Baca juga: Trump Diusulkan Terima Nobel Perdamaian karena Tak Memulai Perang

Dia juga masih mendapat stipendium, dan pengawalan Secret Service yang tiap tahunnya menelan dana 1 juta dollar AS (Rp 14 miliar).

Bahkan, anak-anaknya yang sudah dewasa masih mendapatkan pengawalan khusus hingga enam bulan ke depan, demikian laporan ABC News via Daily Mail.

Presiden ke-45 AS itu sudah menuai sorotan setelah pada 2017, dia bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Duta Besar Rusia untuk AS, Sergey Kislyak.

Dalam pertemuan itu, dia diduga memberikan informasi sensitif mengenai ISIS ke Rusia yang notabene rival AS.

Baca juga: Trump Angkat 2 Pengacara Baru untuk Pimpin Pembelaan di Sidang Pemakzulannya

Dia juga memberikan informasi dari sekutunya, diduga adalah Israel, ke Rusia. Membuat Washington harus menarik aset mereka.

Trump juga pernah menge-twit foto instalasi nuklir Iran yang menjadi rahasia negara. Dia mengeklaim punya kuasa untuk membeberkannya.

Mantan pejabat Kementerian Kehakiman AS, Jack Goldsmith kepada NBC berkata, Trump adalah presiden yang tak menganggap serius jabatannya.

"Dia tipikal orang yang menjual apa pun selama menguntungkan dirinya, dan membuat keamanan nasional dalam bahaya," paparnya.

Baca juga: Akankah Joe Biden Mengubah Kerja Sama Pertahanan AS-Indonesia Peninggalan Trump?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com