Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akankah Joe Biden Mengubah Kerja Sama Pertahanan AS-Indonesia Peninggalan Trump?

Kompas.com - 31/01/2021, 17:29 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kerja sama pertahanan antara Amerika Serikat dan Indonesia setelah Joe Biden terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) sangat tergantung kepada sikap Kongres dan Senat AS yang saat ini dikuasai Partai Demokrat, kata pengamat.

Selama ini Partai Demokrat dianggap mengedepankan isu hak asasi manusia (HAM), sehingga nilai-nilai ini dianggap akan mempengaruhi hubungan pertahanan AS-Indonesia ke depan.

Namun Kementerian Luar Negeri Indonesia meyakini kerja sama pertahanan keamanan Indonesia-Amerika Serikat akan terus berjalan karena kedua negara sudah terikat dengan kesepakatan sebelumnya.

Baca juga: Pejabat Pentagon AS Bela Kunjungan Menhan Prabowo Subianto: Dia Rekan Kami

Menurut Kemenlu, Indonesia dan AS merupakan mitra strategis di kawasan Asia Tenggara, sehingga hubungan pertahanan kedua negara tidak akan terganggu terkait dugaan kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu yang dikaitkan dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

"Tergantung pada Kongres"

Ketua Kajian AS di Universitas Indonesia, Suzie Sudarman, mengatakan, hubungan pertahanan antara AS dan Indonesia sangat tergantung kepada sikap Kongres dan Senat AS yang saat ini dikuasai Partai Demokrat dan tidak semata pada sosok Joe Biden.

"Joe Biden itu bukan satu kekuasaan saja. Maksudnya, dia bergantung pada diktum Kongres," kata Suzie kepada BBC News Indonesia.

"Apakah mereka akan menafsirkan kembali kesepakatan tersebut? Itu tergantung kepada mereka," tambahnya.

Hal itu, menurutnya, juga tidak terlepas dari fokus utama pemerintahan Joe Biden, apakah menitikberatkan pada upaya mengatasi pandemi di dalam negeri atau meninjau ulang kebijakan yang sudah dibuat pemerintahan Trump.

Baca juga: Kemenlu Sebut Kunjungan Prabowo ke AS Tak Perlu Dipermasalahkan

Sementara, Direktur Amerika 1 di Kementerian Luar Negeri, Zelda Wulan Kartika, mengatakan dia meyakini bahwa berbagai kesepakatan yang sudah dihasilkan pada pemerintahan Trump akan tetap dieksekusi oleh pemerintahan Biden karena sifatnya yang "sudah hitam di atas putih".

"Sistem di AS itu sudah established. Jadi biasanya pemerintahan baru — kali ini ganti kubu dari Partai Republik ke Partai Demokrat — akan menghormati keputusan, atau deal dengan negara lain, yang sudah dilakukan pada pemerintahan yang lalu.

Jika perubahan atau pandangan lain terhadap keputusan yang sudah dibuat oleh pemerintahan sebelumnya, biasanya tidak akan dianulir," kata Zelda.

"Tapi mungkin diturunkan prioritasnya," ujarnya. "Jadi mungkin awalnya prioritas pertama jadi prioritas kedua, misalnya."

"Kalau dalam hal pembelian alutsista, saya yakin bahwa ini akan terus dilanjutkan oleh pemerintahan Biden. Mengapa? Karena ini kalau Amerika kan berarti dia mereka menjual alutsista.

Baca juga: Kunjungan Prabowo ke AS, dari Sempat Dilarang, Sewa Pelobi, hingga Kemungkinan Kerja Sama Militer

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sidang ASEAN Defence Ministers Meeting (ADMM) ke-14 yang digelar secara virtual, Rabu (9/12/2020).Kementerian Pertahanan Republik Indonesia Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sidang ASEAN Defence Ministers Meeting (ADMM) ke-14 yang digelar secara virtual, Rabu (9/12/2020).

"Dia pasti akan dapat pemasukan. Nah, ini pasti akan digulirkan terus seperti ini, mereka tetap mengharapkan Indonesia membeli alutsista dari AS. Itu pasti akan terus terjadi," jelasnya.

Bagaimana pandangan pemerintahan Biden terhadap sosok Prabowo?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com