Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris Tidak Lagi Terlibat Program Beasiswa Erasmus Pasca Brexit

Kompas.com - 30/12/2020, 15:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Pelajar dan pemuda dari Inggris tidak akan lagi mengambil bagian dalam program pertukaran Erasmus di seluruh Eropa, setelah Inggris gagal mencapai kesepakatan atas keanggotaan pasca Brexit.

Melansir The Guardian, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan Inggris malah akan menetapkan skema sendiri dengan "universitas terbaik di dunia", yang akan dinamai sesuai nama pionir komputer Inggris, Alan Turing.

Michel Barnier, kepala negosiator Uni Eropa (UE), mengatakan pemerintah Inggris memutuskan untuk tidak berpartisipasi dalam program pertukaran Erasmus, setelah kedua belah pihak tidak dapat menyetujui biaya keanggotaan Inggris dalam program seterusnya.

Penghilangan Erasmus dari kesepakatan Inggris-UE mengakhiri skema yang telah menawarkan pertukaran pelajar serta tautan sekolah, pengalaman kerja dan magang di seluruh Eropa sejak 1987.

Di bawah skema versi terbaru, Erasmus +, sekitar 200.000 orang telah mengambil bagian termasuk sekitar 15.000 mahasiswa Inggris setiap tahun.

Baca juga: Kesepakatan Brexit Akhirnya Disetujui, Berikut Poin-poinnya

Adam Tickell, wakil rektor Universitas Sussex, berkata: “Meninggalkan Erasmus adalah kesedihan yang nyata, sebuah skema yang fondasi aslinya diletakkan di Sussex. Selama bertahun-tahun, program Erasmus mengubah kehidupan ribuan anak muda. ”

Pada Januari, Johnson meyakinkan anggota parlemen bahwa "tidak ada ancaman terhadap skema Erasmus".

Namun mengonfirmasi akhir keanggotaan, dia mengatakan pada Kamis (24/12/2020): "Terkait Erasmus, itu adalah keputusan yang sulit."

Dia mengklaim Inggris “merugi” secara finansial karena jumlah yang lebih besar dari warga negara Uni Eropa, datang untuk belajar di Inggris.

“Jadi apa yang kami lakukan adalah menghasilkan skema Inggris bagi siswa untuk berkeliling dunia,” kata Perdana Menteri Inggris yang menjabat sejak 2019 itu.

Baca juga: Inggris Teken Kesepakatan Dagang dengan Turki Senilai Rp353 Triliun Pasca Brexit

Johnson menerangkan nama program pendidikan itu adalah skema Turing, dinamai dari Alan Turing. Mahasiswa nantinya tidak hanya berkesempatan untuk kuliah di universitas Eropa, tapi juga kuliah di universitas terbaik di dunia.

“Kami ingin anak muda kami, tidak hanya mengalami rangsangan intelektual yang luar biasa di Eropa tetapi juga di seluruh dunia."

Vivienne Stern, Direktur Universities UK International, mengatakan: “Setelah semua ini sangat mengecewakan bahwa kami tidak lagi dalam skema, tetapi itu tidak mengherankan, saya mengerti bahwa komisi Eropa tidak mau mengalah pada biaya.”

Stern mengatakan, dia senang dengan prospek rencana nasional baru untuk mendanai mobilitas keluar. Dia berharap program itu dapat menutupi biaya perjalanan kaum muda ke luar negeri.

“Seperti yang saya pahami, akan ada hibah bagi kaum muda tidak hanya di universitas tetapi lebih luas dari itu, untuk mendukung studi dan mungkin bekerja dan menjadi sukarelawan. Pengalaman ini membantu lulusan mendapatkan pekerjaan, terutama bagi siswa dari latar belakang berpenghasilan rendah yang paling tidak mungkin dapat bepergian ke luar negeri, ”kata Stern.

Menurutnya, setiap program pengganti Erasmus harus ambisius dan didanai penuh. 

Baca juga: Siapa yang Rugi dari No Deal Brexit, Uni Eropa atau Inggris?

"Ini juga harus memberikan peluang yang signifikan bagi siswa masa depan untuk go global, seperti yang telah disediakan oleh program Erasmus hingga saat ini.”

Skema baru ini diperkirakan tidak akan mendanai siswa yang datang ke Inggris, seperti yang dilakukan Erasmus sekarang. Artinya, universitas di Inggris akan kehilangan sumber pendapatan.

Sebuah laporan awal tahun ini mengatakan mengakhiri keanggotaan Erasmus akan merugikan Inggris lebih dari 200 juta euro (Rp 3,4 triliun) dalam setahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com