Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepemimpinan Trump Mengubah Gaya Kebijakan Luar Negeri Global

Kompas.com - 31/10/2020, 21:41 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Gaya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menangani kebijakan luar negeri selama masa jabatan pertamanya telah menimbulkan dampak di seluruh dunia. Trump telah mengubah cara komunikasi diplomatik.

Sejak hari-hari awal pada kampanye 2016, Trump dengan tegas menggambarkan kebijakan luar negerinya yang akan lebih mengutamakan negaranya dengan slogan America First.

Kini, setelah hampir empat tahun menjadi presiden, slogan tersebut telah mewujud di berbagai peristiwa. Unilateralisme dan konfrontasi menandai kebijakan luar negeri Trump, ada banyak pula pergantian personel, kejutan-kejutan, dan sejumlah kebingungan lainnya.

Terlepas dari hasil pemilu AS pada 3 November mendatang, perubahan yang dibawa oleh Trump baik dalam substansi maupun penyampaian kebijakan, mendorong para politisi global lainnya untuk tidak ragu-ragu melakukan diplomasi sesuai gaya mereka sendiri.

Berikut beberapa perubahan besar di bawah pemerintahan Trump:

Baca juga: Pilpres AS 2020: Beberapa Negara Asia Dambakan Trump Kembali jadi Presiden

Hindari kerja sama multilateral

Sejak menjabat sebagai presiden, Trump telah merusak kerja sama internasional. Hanya tiga hari setelah menjabat, AS menyatakan diri keluar dari dari Trans-Pacific Partnership, yakni sebuah perjanjian perdagangan dengan negara-negara Asia.

Di bawah kepemimpinannya juga, AS banyak menarik diri dari kesepakatan dan badan kerja sama internasional, seperti Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan kesepakatan iklim Paris 2015.

Selain itu, tindakan formatif AS seringkali bersifat sepihak dan mengabaikan konsensus internasional, seperti keputusan yang secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan merelokasi Kedutaan Besar AS di sana.

Margaret MacMillan, profesor sejarah dari universitas Toronto dan Oxford yang juga merupakan sejarawan tamu di Council on Foreign Relations, mengatakan bahwa AS telah benar-benar merusak jaringan aliansi dan lembaga internasional yang berguna untuknya.

"Saya pikir hal itu telah membuat posisi Amerika Serikat di dunia menjadi jauh lebih lemah," kata MacMillan.

Survei dari lembaga riset nonpartisan yang berbasis di Washington DC, Pew Research Center, pada September 2020 juga menunjukkan bahwa tingkat persetujuan AS di antara banyak negara telah turun ke level paling rendah dalam beberapa dekade.

Baca juga: Trump atau Biden, Siapa yang Lebih Disukai Warga Arab di Timur Tengah?

Putar balik kerja sama Trans-atlantik

“Sikap antagonisme Trump terhadap multilateralisme mewakili perbedaan filosofis antara Washington dan ibu kota negara-negara Eropa,” tulis lembaga riset asal AS, Carnegie Endowment for International Peace.

Lembaga tersebut merilis laporan penilaian yang dipublikasikan pada Februari 2020 tentang kerja sama Trans-atlantik, kemitraan Eropa-Amerika yang muncul sejak Perang Dunia II dan diwakili oleh nilai-nilai, tujuan, dan pendekatan global yang sama.

Namun keretakan Uni Eropa dan AS di bawah Trump lebih dari sekadar perpecahan ideologis. Ia secara aktif telah membongkar dan menjungkirbalikkan hubungan Trans-atlantik.

Trump juga berulang kali mempertanyakan kegunaan aliansi seperti NATO, mengumumkan penarikan pasukan AS dari Jerman, memberlakukan tarif perdagangan terhadap Uni Eropa dan mengancam pemberian sanksi atas pipa gas milik Rusia, Nord Stream 2.

Baca juga: Situs Web Kampanye Trump Dibajak, Tim Siapkan Penyelidikan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com