Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Iran Hassan Rouhani: AS Mendekati Kekalahan Lawan Iran

Kompas.com - 21/09/2020, 00:02 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

TEHERAN, KOMPAS.com - Presiden Iran, Hassan Rouhani mengatakan pada Minggu (20/9/2020) bahwa Amerika Serikat (AS) menghadapi kekalahan dalam langkahnya untuk memberlakukan kembali sanksi PBB terhadap Teheran.

Di lain sisi, pemerintah AS menyatakan semua sanksi PBB terhadap Iran telah dipulihkan, sebagaimana yang dilansir dari Reuters pada Minggu (20/9/2020).

"Amerika mendekati kekalahan tertentu dalam langkahnya untuk memberikan sanksi...Ia menghadapi kekalahan dan tanggapan negatif dari komunitas internasional," kata Rouhani dalam pidato yang disiarkan televisi.

Baca juga: Kemenlu Iran: AS Berdiri di Sisi Sejarah yang Salah

"Kami tidak akan pernah menyerah pada tekanan AS dan Iran akan memberikan tanggapan yang menghancurkan terhadap intimidasi Amerika," ucapnya.

Sementara itu, perselisihan antara Iran dengan AS telah memukul nilai mata uang rial (IRR) menjadi jatuh ke rekor terendah terhadap dollar AS pada hari ini, setelah deklarasi pemerintah Trump soal pemulihan sanksi kepada Iran.

Baca juga: Dituduh Mencuri, Jari Tangan Remaja di Iran Ini Bakal Dipotong

Satu mata uang AS berada di level sebanyak 273.000 rial, naik dari 267.800 rial pada Sabtu (19/9/2020), menurut situs valuta asing Bonbast.com, yang mencatat fluktuasi pasar tidak resmi.

Iran telah menolak langkah sanksi AS dan menyebutnya sebagai tindakan "tidak sah dan ilegal".

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada Dewan Keamanan pada Sabtu (19/9/2020) bahwa pihaknya tidak dapat mengambil tindakan apa pun atas deklarasi AS, karena "tampaknya akan ada ketidakpastian" tentang masalah tersebut.

Baca juga: AS Bersumpah Cegah Iran Beli Senjata dari China dan Rusia

Tiga pihak Eropa, Perancis, Inggris dan Jerman, dalam kesepakatan nuklir mengatakan sebuah pernyataan pada Minggu ini, bahwa setiap keputusan atau tindakan yang diambil untuk memberlakukan kembali sanksi PBB "tidak akan memiliki efek hukum".

Oleh karena itu, Washington menggunakan mekanisme yang disepakati berdasarkan kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia, yang mana Amerika Serikat keluar pada 2018.

Namun, Trump berencana mengeluarkan perintah eksekutif yang memungkinkannya menjatuhkan sanksi AS kepada siapa pun yang melanggar sanksi terhadap Iran.

Baca juga: Iran Beri Peringatan Setelah Diancam oleh Trump

Kementerian luar negeri Iran menggambarkan upaya Washington sebagai "sia-sia", menambahkan bahwa "pendekatan AS adalah ancaman utama bagi perdamaian dan keamanan internasional, serta ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi PBB dan Dewan Keamanan".

"Iran menekankan bahwa jika AS, secara langsung atau dengan kerja sama sejumlah sekutunya, melakukan tindakan apa pun yang sejalan dengan ancaman ini, ia (AS) akan menghadapi reaksi serius dan harus mempertanggungjawabkan semua konsekuensi berbahaya," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, tanpa merinci muncul lagi.

Baca juga: AS Bersumpah Cegah Iran Beli Senjata dari China dan Rusia

Washington telah secara sepihak memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran sejak 2018 dia keluar.

Lalu, dikombinasikan dengan penurunan harga minyak yang telah melumpuhkan ekonomi di Iran, yang juga memiliki korban tewas Covid-19 tertinggi di Timur Tengah dengan 24.301 kematian.

Rial Iran telah kehilangan sekitar 75 persen nilainya dan orang sejak 2018.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com