Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Lukashenko: Jika Belarus Tumbang, Rusia Selanjutnya

Kompas.com - 10/09/2020, 07:05 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber Euronews,TASS

MINSK, KOMPAS.com - Presiden Belarus Alexander Lukashenko dengan tegas mengatakan bahwa dia tidak akan mundur dari jabatannya meski demonstrasi massa berlangsung berminggu-minggu mendesak agar pemimpin itu turun sejak pemilihan ulang Agustus kemarin.

Melansir Euronews, Rabu (9/9/2020), Presiden Lukashenko menyalahkan Amerika Serikat (AS) yang telah memprovokasi protes massa. 

Lukashenko juga memberikan peringatan untuk Rusia di hadapan para jurnalis media Rusia, "Semua ini memang sangat menyakitkan dan bahkan tragis bagi saya, tapi itu tidak berarti membuat saya menyerah."

Baca juga: Presiden Belarus Bersumpah Tak Akan Tunduk pada Keinginan Pendemo

Lukashenko mengatakan kepada awak media Rusia, Selasa (8/9/2020), "Karena saya melihat ini secara filosofis, suatu hari [Tuhan] akan memanggil saya pulang. Tapi sekarang, saya harus melindungi apa yang telah dibangun dengan upaya-upaya kita, melindungi orang-orang yang memperjuangkannya dan mereka adalah rakyat yang sangat banyak."

"Jika Belarus tumbang hari ini," ungkap Lukashenko, "Rusia menjadi yang selanjutnya."

Dalam wawancara yang disiarkan oleh Russian Today TV itu, Lukashenko juga mengatakan, "Jika Anda berpikir bahwa negara kaya seperti Rusia akan [bisa] menanganinya, Anda salah. Saya telah berbicara dengan banyak presiden, termasuk teman senior saya, kakak saya, demikian saya memanggilnya [Presiden Rusia Vladimir Putin], dan saya memperingatkannya, tidak ada cara untuk menghindar," kata Lukashenko.

Dengan kata lain, menurut Lukashenko, Rusia bisa jadi juga akan menghadapi ketegangan politik seperti yang dihadapi Belarus saat ini.

Baca juga: Ratusan Demonstran Ditangkap Aparat di Belarus

Melansir TASS, ketika Lukashenko ditanya tentang apa hal terpenting dalam hidup, dia menjawab, "Apa yang membuat saya tetap terjaga dalam situasi ini, Anda bisa mengetahuinya, bahwa jika Lukashenko tumbang maka seluruh sistem akan runtuh dan Belarus juga akan runtuh."

Dia menambahkan, "Saya mungkin akan mundur suatu hari nanti, tapi saya tidak akan membiarkan mereka menghancurkan apa yang kami ciptakan bersama dengan rakyat, dengan generasi ini. Inilah apa yang penting dalam hidup saya dan bagaimana negara telah berubah."

Sebelumnya, Belarus telah mengadakan pemilihan ulang presiden pada 9 Agustus lalu. Menurut data Komisi Pemilihan Umum Pusat, Presiden petahana Alexander Lukashenko menerima 80,1 persen suara.

Baca juga: Demo Belarus Makin Besar, Puluhan Ribu Orang Desak Presiden Lukashenko Mundur

Sementara itu, lawannya, Svetlana Tikhanovskaya, mengumpulkan 10,12 persen suara saja dan menolak mengakui hasil pemilihan. Oposisi pemerintah itu kini berada di Lituania.

Protes pun meletus di ibu kota negara Minsk dan beberapa kota lain setelah pemilihan presiden, karena adanya dugaan kecurangan yang dilakukan Lukashenko.

Protes itu menyebabkan bentrokan antara pengunjuk rasa dan petugas penegak hukum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com