Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Belarus Bersumpah Tak Akan Tunduk pada Keinginan Pendemo

Kompas.com - 09/09/2020, 19:32 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Guardian

MINSK, KOMPAS.com - Presiden Belarus Alexander Lukashenko dalam wawancara pertama sejak dia didemo menegaskan, dia tak akan tunduk pada keinginan pendemo.

Kepada sekelompok wartawan Rusia, termasuk Pemimpin Redaksi Russia Today Margarita Simonyan, Lukashenko menegaskan dia tak berencana mundur.

"Saya tak akan membiarkan apa yang kami bangun bersama rakyat, bersama semua generasi, dihancurkan," ucapnya dikutip The Guardian Selasa (8/9/2020).

Baca juga: Ratusan Demonstran Ditangkap Aparat di Belarus

Meski begitu, Alexander Lukashenko kemudian mengakui bahwa dia sudah terlampau lama bekuasa. Tepatnya 26 tahun atau begitu Belarus mendeklarasikan kemerdekaan.

"Saya sudah duduk di kursi kepresidenan sedikit lebih lama," ujar dia seraya kembali menegaskan dia takkan tunduk pada pendemo.

Dalam wawancara itu, Presiden Belarus berusia 66 tahun tersebut menyatakan oposisi akan menghancurkan negara jika dia sampai mengundurkan diri.

Dia kemudian menekankan bahwa para demonstran ini ditunggangi oleh kekuatan asing yang jelas-jelas sudah menargetkan Rusia.

Lukashenko menerangkan, semua aksi protes yang berlangsung hampir satu bulan ini benar-benar terkonsentrasi dan menyebar dalam skala global.

Dia kemudian melontarkan peringatan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, yang dia sebut sebagai "kakak tertua" mengenai demo di negaranya.

Baca juga: Minggu Kelima Demo Anti-rezim Lukashenko, Massa Bawa Bendera Lama Belarus

"Saya banyak berbicara dengan banyak presiden. Jika Anda berpikir bahwa Rusia yang hebat bisa mengananinya, Anda salah besar," kata dia.

"Saya berbincang dengan teman lama saya, kakak tertua saya menyebutnya, Putin. Saya memperingatkannya. Tidak mungkin mencegah ini," jelasnya.

Lukashenko sendiri dilaporkan bakal bertolak ke Moskwa dalam beberapa hari ke depan untuk menggelar pertemuan kunci dengan Putin.

Presiden Rusia itu sendiri hanya berjanji untuk memberangkatkan tim khusus penegak hukum untuk mendukung Lukashenko memulihkan negerinya.

Menteri Luar Negeri Lithuania Linas Linkevicius berujar, dia khawatir jika Kremlin bakal menggunakan Lukashenko yang sudah lemah untuk mendorong agenda aneksasi.

Sesuatu yang sebenarnya sempat ditolak oleh Presiden Belarus itu di masa lampau. "Mereka akan mengakhiri apa yang mereka mulai 20 tahun lalu. Ini mengkhawatirkan," paparnya.

Baca juga: Demo Belarus Makin Besar, Puluhan Ribu Orang Desak Presiden Lukashenko Mundur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Global
Israel Perintahkan Evakuasi Warga dari Rafah Gaza Sebelum Serangan Terjadi

Israel Perintahkan Evakuasi Warga dari Rafah Gaza Sebelum Serangan Terjadi

Global
Arab Saudi Naikkan Harga Minyak karena Prospek Gencatan Senjata Gaza Tampak Tipis

Arab Saudi Naikkan Harga Minyak karena Prospek Gencatan Senjata Gaza Tampak Tipis

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com