Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Presiden Lukashenko: Jika Belarus Tumbang, Rusia Selanjutnya

MINSK, KOMPAS.com - Presiden Belarus Alexander Lukashenko dengan tegas mengatakan bahwa dia tidak akan mundur dari jabatannya meski demonstrasi massa berlangsung berminggu-minggu mendesak agar pemimpin itu turun sejak pemilihan ulang Agustus kemarin.

Melansir Euronews, Rabu (9/9/2020), Presiden Lukashenko menyalahkan Amerika Serikat (AS) yang telah memprovokasi protes massa. 

Lukashenko juga memberikan peringatan untuk Rusia di hadapan para jurnalis media Rusia, "Semua ini memang sangat menyakitkan dan bahkan tragis bagi saya, tapi itu tidak berarti membuat saya menyerah."

Lukashenko mengatakan kepada awak media Rusia, Selasa (8/9/2020), "Karena saya melihat ini secara filosofis, suatu hari [Tuhan] akan memanggil saya pulang. Tapi sekarang, saya harus melindungi apa yang telah dibangun dengan upaya-upaya kita, melindungi orang-orang yang memperjuangkannya dan mereka adalah rakyat yang sangat banyak."

"Jika Belarus tumbang hari ini," ungkap Lukashenko, "Rusia menjadi yang selanjutnya."

Dalam wawancara yang disiarkan oleh Russian Today TV itu, Lukashenko juga mengatakan, "Jika Anda berpikir bahwa negara kaya seperti Rusia akan [bisa] menanganinya, Anda salah. Saya telah berbicara dengan banyak presiden, termasuk teman senior saya, kakak saya, demikian saya memanggilnya [Presiden Rusia Vladimir Putin], dan saya memperingatkannya, tidak ada cara untuk menghindar," kata Lukashenko.

Dengan kata lain, menurut Lukashenko, Rusia bisa jadi juga akan menghadapi ketegangan politik seperti yang dihadapi Belarus saat ini.

Melansir TASS, ketika Lukashenko ditanya tentang apa hal terpenting dalam hidup, dia menjawab, "Apa yang membuat saya tetap terjaga dalam situasi ini, Anda bisa mengetahuinya, bahwa jika Lukashenko tumbang maka seluruh sistem akan runtuh dan Belarus juga akan runtuh."

Dia menambahkan, "Saya mungkin akan mundur suatu hari nanti, tapi saya tidak akan membiarkan mereka menghancurkan apa yang kami ciptakan bersama dengan rakyat, dengan generasi ini. Inilah apa yang penting dalam hidup saya dan bagaimana negara telah berubah."

Sebelumnya, Belarus telah mengadakan pemilihan ulang presiden pada 9 Agustus lalu. Menurut data Komisi Pemilihan Umum Pusat, Presiden petahana Alexander Lukashenko menerima 80,1 persen suara.

Sementara itu, lawannya, Svetlana Tikhanovskaya, mengumpulkan 10,12 persen suara saja dan menolak mengakui hasil pemilihan. Oposisi pemerintah itu kini berada di Lituania.

Protes pun meletus di ibu kota negara Minsk dan beberapa kota lain setelah pemilihan presiden, karena adanya dugaan kecurangan yang dilakukan Lukashenko.

Protes itu menyebabkan bentrokan antara pengunjuk rasa dan petugas penegak hukum.

https://www.kompas.com/global/read/2020/09/10/070542570/presiden-lukashenko-jika-belarus-tumbang-rusia-selanjutnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke