Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adakan Program Clean Network, Ponsel AS Akan Blokir Aplikasi China

Kompas.com - 06/08/2020, 16:47 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) akan memblokir aplikasi-aplikasi buatan China di ponsel AS.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkannya pada Rabu (5/8/2020) dalam rangka perluasan program Clean Network.

Selain aplikasi China, program itu juga menyasar ponsel buatan China dan cloud service yang diklaimnya membahayakan keamanan nasional.

Baca juga: Layanan Kesehatan Nasional Asal Inggris Ciptakan Aplikasi untuk Menekan Penyebaran Covid-19

Pompeo mengatakan, AS hendak memblokir aplikasi China yang tidak terpercaya dari App Stores dan ponsel-ponsel buatan AS.

"Dengan perusahaan induk yang berbasis di China, aplikasi seperti TikTok, WeChat, dan lainnya adalah ancaman signifikan terhadap data pribadi warga Amerika, belum lagi alat untuk sensor konten CCP," kata Pompeo yang merujuk ke Partai Komunis China, dikutip dari AFP.

Lalu dia menambahkan, AS juga akan memblokir aplikasi pra-instal buatan Amerika atau aplikasi unduhan lainnya, di ponsel buatan China dan peralatan nirkabel Huawei serta produsen lainnya.

Baca juga: Pesan Tempat Shalat Lewat Aplikasi Hingga Kurban Online, Begini Perayaan Idul Adha di Seluruh Dunia

"Kami tidak mau perusahaan terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia Huawei atau aparat pengawasan Partai Komunis China," ucapnya.

Pompeo lalu menuturkan, pemerintah "Negeri Paman Sam" juga akan membatasi kemampuan penyedia layanan asal China, untuk mengumpulkan, menyimpan, dan memproses data sensitif di AS.

Secara khusus dia menyebut nama raksasa teknologi China yakni Alibaba, Baidu, dan Tencent.

Pengumuman dari Pompeo ini muncul dua hari setelah Presiden AS Donald Trump mendesak ByteDance untuk menjual operasional TikTok di AS, dan jika menolak akan ditutup sepenuhnya di AS pada pertengahan September.

Baca juga: Jika TikTok Tak Dijual ke AS dalam 6 Minggu, Begini Ancaman Trump

Menurut Washington, TikTok mengumpulkan sejumlah besar data pribadi dari ratusan juga pengguna, lalu membocorkannya ke intel China.

Sebelumnya program Clean Path 5G telah diluncurkan Kementerian Luar Negeri AS pada 29 April, yang menargetkan penggunaan aplikasi dan cloud service.

Intinya program itu adalah inisiatif banyak negara untuk mencegah Huawei dan pemasok produk telekomunikasi China lainnya, mendominasi layanan telekomunikasi nirkabel 5G maupun generasi selanjutnya.

AS mengatakan, teknologi Huawei dapat membuka pintu bagi intel China untuk mengakses komunikasi di negara lain.

Baca juga: Blokir Huawei, Inggris Lirik Fujitsu dan NEC

Pemerintah AS sendiri telah memblokir Huawei dan melarang keras penggunaannya di otoritas dan bisnis seluruh negeri.

Duta Besar China di London, Liu Xiaoming, pada Rabu mengecam program Clean Network sebagai penindasan dan menyebutnya bertentangan dengan tujuan perdagangan bebas.

"Penindasan AS pada masalah 5G tidak hanya merusak aturan perdagangan internasional yang adil, tapi juga merusak lingkungan pasar global bebas."

"AS sama sekali tidak berhak membuat apa yang disebutnya 'Clean Network'," tulis Liu dalam twit-nya.

Baca juga: AS-China Kemungkinan akan Tinjau Ulang Kesepakatan Dagang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com