BEIRUT, KOMPAS.com - Gay, biseksual, dan transgender (GBT) mengalami peningkatan pelecehan seksual di tangan pemerintah Suriah dan aktor-aktor non-pemerintahan karena orientasi seksual mereka.
Human Rights Watch (HRW) mengatakan bahwa puluhan korban GBT yang menjadi target pelecehan seksual melarikan diri ke Lebanon dengan "gangguan kesehatan fisik dan mental, yang diperparah karena kurangnya layanan dukungan di Lebanon".
Melansir Al Jazeera pada Rabu (29/7/2020), kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Amerika Serikat (AS) ini mengatakan telah wawancara para korban pelecehan seksual di Suriah.
HRW telah meneliti kejahatan seks yang parah terjadi di Suriah karena perang kurang lebih 10 tahun.
Penulis laporan kasus pelecehan seksual, Zeynep Pinar Erdem, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa beberapa korban dilaporkan "mendapatkan pelecehan dan kekerasan seksual karena memiliki 'wajah lembut'"
"Mereka (para pria) dianggap sebagai banci oleh para pelaku di pusat-pusat penahanan dan di barisan tentara Suriah, dan karenanya menjadi sasaran peningkatan kekerasan," ujar Erdem.
Baca juga: Pembelot Korea Utara yang Dicurigai Terinfeksi Covid-19, Tersandung Kasus Pelecehan Seksual
Ada 40 GBT dan orang-orang non-biner dan 4 orang laki-laki heteroseksual mengungkapkan telah mengalami pemerkosaan, kekerasan genital, ancaman pemerkosaan, penelanjangan paksa, dan pelecehan seksual.
Hal tersebut memberikan trauma fisik dan psikologis yang bertahan lama dan seringkali tidak tertangani karena stigma terhadap GBT, keengganan para korban untuk berbicara, dan layanan yang tidak memadai untuk membantu mereka di Lebanon.
Trauma yang sering dialami oleh korban, biasanya depresi, stres pasca-trauma, trauma seksual, kehilangan harapan, dan pikiran paranoid, selain rasa sakit yang parah di dubur dan alat kelamin mereka, pendarahan dubur dan nyeri otot.
Yousef, salah satu korban pelecehan mengatakan kepada HRW bahwa dia ditahan oleh badan intelijen pemerintah Suriah bukan karena dia gay, tetapi begitu orientasi seksualnya terungkap, "agresi 10 kali lipat".
Baca juga: Sejarawan Rusia Dipenjara atas Tuduhan Pelecehan Seksual
"Mereka dengan senang hati melakukannya. Mereka tentu saja memperkosa kami dengan tongkat," kata pria 28 tahun itu.
"Mereka memperkosa Anda hanya untuk melihat Anda menderita, berteriak. Untuk melihat Anda dihina. Inilah yang mereka suka lihat," ujarnya.
Lebih lanjut ia menceritakan, "Mereka melakukan sesuatu dengan anus saya, dan mereka mulai berkata, 'Ini apa yang kamu suka, bukankah kamu menyukainya?'"
Khalil, seorang penyintas gay berusia 21 tahun, mengatakan ia ditangkap oleh ISIS dengan sekelompok orang, termasuk pacarnya yang terbunuh karena menjadi gay.
"Saya ditahan oleh ISIS selama tiga bulan karena menjadi bagian dalam aksi protes. Saya berusia 15 tahun. Saya ditahan dengan teman-teman saya. Pacar saya terlempar dari gedung tinggi oleh ISIS," katanya kepada HRW.