Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarawan Rusia Dipenjara atas Tuduhan Pelecehan Seksual

Kompas.com - 26/07/2020, 12:29 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber BBC

MOSKWA, KOMPAS.com - Seorang sejarawan Rusia yang menghabiskan sebagian besar hidupnya menggali kejahatan diktator Soviet, Joseph Stalin telah dipenjara dalam kasus pelecehan seksual yang sangat kontroversial.

Yuri Dmitriyev, sang sejarawan Rusia divonis 3 setengah tahun penjara atas tuduhan pelecehan yang dilakukannya terhadap anak perempuan yang diadopsinya.

Vonisnya diberikan oleh Pengadilan wilayah Karelia pada Rabu (22/7/2020).

Dmitriyev menolak tuduhan itu, koleganya bahkan mengatakan bahwa tuduhan itu hanyalah plot agar pekerjaannya didiskreditkan.

Pemerintahan Presiden Vladimir Putin memang telah berusaha menurunkan tingkat kekerasan era Stalin.

Dmitriyev yang telah mengungkap lokasi eksekusi dari Great Terror pada 1930-an diperkirakan akan dibebaskan akhir tahun ini.

Dilaporkan BBC Rusia, pendukungnya menerima putusan dengan lega dan bertepuk tangan saat dia diberikan hukuman penjara yang jauh lebih pendek daripada 15 tahun yang diminta penuntutan.

Baca juga: Dikarantina karena Tertular Covid-19, Gadis 14 Tahun Alami Pelecehan Seksual

Apa latarbelakang kasus Yuri Dmitriyev?

Dmitriyev dituduh oleh Jaksa Penuntut terlibat dalam pornografi anak. Dia pertama kali ditahan pada Desember 2016 silam.

Ketika polisi menyelidiki apartemennya, mereka menemukan beberapa foto dari komputernya yang menunjukkan gambar putri angkatnya dalam keadaan telanjang.

Pada tahun berikutnya, tuduhan pelecehan seksual tanpa kekerasan terhadap anak ditambahkan, berikut kepemilikan ilegal senjata api.

Dmitriyev mengatakan beberapa foto telanjang putri angkatnya adalah upaya dokumentasi pertumbuhan sang anak jika ada masalah dengan layanan sosial karena anak itu menjadi sangat kurus setelah diadopsi Yuri Dmitriyev dan pasangannya.

Pada 2018, dia dibebaskan dari semua tuduhan kecuali senjata api, namun Mahkamah Agung regional membatalkan putusan itu 2 bulan kemudian berdasarkan wawancara penyelidik dengan putri angkatnya yang kala itu berusia 12 tahun, tak lama setelah dia dibebaskan.

Baca juga: Kairo Menduduki Peringkat Teratas dalam Kasus Pelecehan Seksual

Kasus Dmitriyev akhirnya dikembalikan ke pengadilan dengan tuduhan pelecehan seksual tambahan, terkait 'sentuhan yang tidak pantas'.

Namun, menurut para pakar linguistik yang dikutip pengadilan mengatakan bahwa para penyelidik telah menekan anak angkat Dmitriyev ketika menanyakan suatu kejadian beberapa tahun silam itu.

Tuduhan itu kemudian diyakini terkait dengan kondisi medis yang terdokumentasi.

Pengacara pembela Dmitriyev, Viktor Anufriyev mengatakan kepada wartawan di luar pengadilan bahwa hakim memutuskan Dmitriyev bersalah atas serangan seksual. Dia dibebaskan dari dakwaan lainnya.

Pada Mei lalu, lebih dari 150 warga Rusia termasuk artis, aktor dan penulis menulis surat terbuka untuk pengadilan sebagai langkah dukungan terhadap sejarawan itu. 

Mereka meyakini tuduhan itu "tidak adil dan harus dihentikan oleh pengadilan".

Baca juga: Eksploitasi terhadap Mahasiswa Asing di Australia, dari Pelecehan Seksual sampai Tidak Dibayar Sesuai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Tokoh-tokoh Kunci dalam Sidang Donald Trump

Tokoh-tokoh Kunci dalam Sidang Donald Trump

Global
Hezbollah Klaim Luncurkan Drone ke 2 Pangkalan Israel

Hezbollah Klaim Luncurkan Drone ke 2 Pangkalan Israel

Global
Ukraina Akan Panggil Warganya di Luar Negeri

Ukraina Akan Panggil Warganya di Luar Negeri

Global
Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Global
7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

Global
Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Global
China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Global
AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

Global
Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Global
Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Global
Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Global
Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Global
Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com